KOMPAS.com - Setiap generasi tentu memiliki karakteristiknya masing-masing. Saat di lingkungan kerja, misalnya, dapat terlihat perbedaan-perbedaan setiap generasi tersebut.
Rekan kerja dari generasi yang berbeda dapat saling menguatkan juga bisa berbenturan.
Menurut Lars Wittig, vice president sales IWG untuk ASEAN, Taiwan, dan Korea Selatan, ada berbagai perbedaan antar generasi di Indonesia.
Lantas apa yang dapat dipelajari masing-masing generasi satu sama lain?
Generasi Alfabet
Menurut Lars, saat ini ada lima generasi sebagai bagian dari tenaga kerja: baby boomer (1940 - 1955), generasi X (1955 - 1970), para pragmatis (1970 - 1985), generasi Y (1985 - 2000) dan generasi Z (2000- 2015).
Tentu saja, generasi pertama dan terakhir adalah bagian kecil dari angkatan kerja saat ini.
Baby boomer, misalnya, disebut sedang menyelesaikan karier, sedangkan generasi Z sedang menunggu untuk memulai pekerjaan mereka.
Milenial sendiri merupakan bagian dari generasi pragmatis dan generasi Y.
Menurut Badan Pusat Statistik, ada hampir 114 juta pekerja di Indonesia, yang terdiri dari hampir 41 juta karyawan milenial (36 persen), generasi X, yang mewakili hampir 48 juta (42 persen), dan baby boomer yang menurun menjadi hanya 25 juta pekerja, 22 persen dari total tenaga kerja negara.
Baca juga: Tantangan Membesarkan Anak Generasi Alpha
Bekerja sama atau melawan satu sama lain?
Untuk generasi yang lebih tua, sangat penting untuk menemukan pekerjaan jangka panjang dan secara bertahap naik karier di perusahaan yang sama.
Namun, generasi Y dan Z memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang ini.
Dua generasi tersebut kurang sensitif terhadap hierarki dan tidak percaya pada struktur organisasi tradisional. Bagi mereka itu adalah sekadar tanggung jawab yang diberikan.
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik, kata Lars, gelombang reformasi negara dan kondisi pemerintah yang terbuka dan kondusif adalah alasan mengapa generasi muda di Indonesia telah tumbuh menjadi individu yang menjunjung tinggi kebebasan dan berpikiran terbuka, kritis dan berani.
Selain itu, ada banyak hal yang dapat dipelajari dari satu sama lain yang bermanfaat bagi semua.
Baca juga: Memupuk Generasi Sehat untuk Menyambut Bonus Demografi
Oleh karena itu, menurut Lars, bekerjadi antara generasi-generasi ini membutuhkan sikap yang terbuka dan fleksibel, tanpa bias generasi atau usia.
Mencari titik temu
Menurut Global Workspace Survey oleh IWG, apa yang menjadi lebih umum di seluruh dunia adalah perlunya kerja fleksibel untuk semua generasi.
Survei tersebut mengungkapkan, 81 persen responden global sangat percaya bahwa kerja fleksibel membantu bisnis mempekerjakan beragam pekerja.
Selain itu, 78 persen responden juga setuju bahwa perusahaan mengaplikasikan kerja fleksibel untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja bagi para karyawan.
Oleh karena itu, menurut Lars, para pemimpin perusahaan di Indonesia harus mempertimbangkan hal ini ketika melihat tenaga kerja; tidak hanya untuk menarik, juga mempertahankan karyawan yang bahagia dan sehat dari berbagai generasi.
Baca juga: Bahaya Glorifikasi Generasi Milenial
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.