"Kalau lagi emosi, misal anak nakal, saya jadi nggak gampang marah. Ingat waktu mbathik ini saja saya bisa."
Baca juga: Makna Motif Batik Tambal Pamiluto Jokowi di Hari Batik Nasional
"Padahal butuh ketelatenan dan waktu yang lama. Kenapa nahan marah saja kok nggak bisa?" ujar dia.
Untuk membuat satu helai kain batik ukuran standar dalam pembuatan kemeja, Rosmiyati membutuhkan waktu sekitar satu minggu dan mendapatkan upah sebesar Rp 50.000.
Meski terbilang kecil, Rosmiyati tak pernah merasa kurang dan jemu dalam membatik.
"Kalau nggak mbathik itu justru bosen. Anggap saja ini latihan mengasah sabar untuk menghadapi cobaan dalam hidup," ucap wanita berusia 39 tahun itu sembari tersenyum.
Pemerhati batik Lintu Tulistyanto juga mengatakan, beberapa pembatik memang masih mendapatkan upah rendah.
Di beberapa daerah yang menjadi industri batik, seperti Pekalongan, para pembatik rata-rata dibayar murah untuk menekan biaya produksi.
Baca juga: Memakai Batik dengan Gaya Street Style ala Jepang
"Sebenarnya, itu mencakup prinsip ekonomi. Jadi, kalau kebutuhan sedikit dan tenaga kerja banyak, otomatis harga sumber daya manusia-nya tidak bisa tinggi," tambah dia.
Namun, tidak semua pembatik di Indonesia mengalami nasib yang sama.
Lintu juga mengatakan, para pembatik adalah orang-orang pintar dan berlogika tinggi karena mereka harus memahami bagian-bagian mana yang harus diberi warna atau malam.
"Itu kan butuh logika. Selain sabar dan telaten, mereka itu pinter," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.