Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Intip Batik WDrupadi yang Klasik, Anggun, dan Sporty

Kompas.com - 02/10/2019, 21:23 WIB
Reni Susanti,
Wisnubrata

Tim Redaksi

BANDUNG, KOMPAS.com – Wisni Indarto (38) melestarikan batik dengan cara yang unik. Ia mengenakan atasan kutu baru, kain, dan batik setiap hari selama tujuh tahun terakhir.

Caranya ini mengundang banyak perhatian. Kutu baru dan batik yang dulu terkesan tua dan kolot, berubah di tangan Wisni.

Hal itu bisa dilihat dari berbagai produk WDrupadi yang dirancangnya. Lewat produknya itu, ia menggabungkan unsur klasik, anggun, dan sporty atau biasa disebut KAS.

“Saya ingin memperkenalkan kebaya ke generasi muda (bahwa) kebaya bisa digunakan sehari-hari seperti zaman dulu,” ujar Wisni saat dihubungi Kompas.com, Rabu (2/10/2019).

Bedanya, kebaya dan kain batik yang ia buat sekarang dibuat dengan gaya kekinian. Misalnya kutu baru motif bunga berwarna biru ia padupadankan dengan rok kain merah selutut yang diikat dengan santai.

Tampilannya terlihat modis dengan sneakers putih, jam tangan, dan tas selempang kecil berwarna merah yang bermotif tradisional.

Wisni Indarto selama tujuh tahun terakhir mengenakan kutu baru dan batik setiap harinya dalam segala situasi dan suasana. Dok WISNI INDARTO Wisni Indarto selama tujuh tahun terakhir mengenakan kutu baru dan batik setiap harinya dalam segala situasi dan suasana.
Kesan santai, kasual, menarik, dan kekinian tampak dari penampilannya. Dengan pakaian ini, ia bisa dengan leluasa pergi kemanapun baik ke mall atau pesta sekalipun.

Keanggunan juga diperlihatkan Wisni saat ia mengenakan kutu baru berwarna putih dengan balutan kain panjang berwarna merah. Dengan high heels yang ia kenakan, ia tampak begitu mempesona.

“Untuk kain saya menggunakan sifon, sama dengan kebaya yang dikenakan nenek-nenek kita zaman dulu,” ucap perempuan kelahiran Sukabumi, 23 Mei 1981 ini mengungkapkan.

Kain sifon, sambung Wisni, terbilang cocok untuk iklim Indonesia. Meski tidak terlalu menyerap keringat, sifon terasa ringan, enak dipakai, dan nyaman di segala acara.

Agar kutu baru dan batik bisa digunakan dalam segala suasana, ia biasanya memadupadankan dari segi warna. Untuk siang hari, ia biasanya mengenakan warna terang, sedangkan malam mengenakan warna gelap.

“Perhatikan juga bawahan kain. Kalau acara resmi, biasanya pakai motif klasik. Namun untuk kasual, gunakan kain kontemporer,” imbuhnya.

Saat ini, ia tengah mengembangkan batik masa kini. Sudah ada 10 motif WDrupadi seperti penari bali, penari jawa, mbok jamu, dan lainnya. Biasanya motif tersebut digabungkan dengan pakemnya batik seperti kawung dan parang.

“Batik yang digunakan tidak cenderung ke daerah mana. Tapi saya menggabungkan batik pesisir dengan klasik. Pesisir itu seperti Pekalongan, klasik itu daerah Jawa Tengah,” ungkapnya.

WDrupadi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com