KOMPAS.com - Langkah Sandra -seorang nenek asal Australia, yang sedang berjalan melintasi lapangan parkir di pusat perbelanjaan Cilandak Town Square (Citos), Kamis (3/10/2019) tiba tiba terhenti.
Sebuah kain batik motif parang berwarna merah yang disampirkan di teras Galeri MULA Creative Hub mencuri perhatiannya.
Sandra lalu melangkah masuk ke galeri yang memang berdiri bersisian dengan lapangan parkir di salah satu pusat perbelanjaan dan kuliner terkenal di Jakarta Selatan itu.
"Tadi saya cuma lewat di depan, dan lihat kain itu, kok bagus sekali, saya langsung jatuh cinta," kata Sandra dengan bahasa Indonesia yang fasih, karena sudah lebih dari 50 tahun menetap di Jakarta.
Baca juga: 5 Tips Merawat Batik Kesayangan
Kain batik merah yang mencuri perhatian Sandra adalah sehelai batik Pekalongan, kreasi seniman di bawah naungan Imang Jasmine.
"Berapa harganya? Bisa bayar dengan kartu kredit," tanya Sandra kepada Imang.
Imang lalu menyebut harga batik tulis tersebut Rp 3,5 juta. "Ini menggunakan pewarnaan kimia, karena yang natural enggak ada untuk merah seperti itu," kata Imang.
Sandra mengaku sebagai penggemar batik sejak lama, namun telah lama pula dia tak membeli batik baru.
"Saya suka, tapi karena umur saya sudah segini, saya jadi sudah enggak pernah beli lagi," ungkap dia.
"Hanya saja yang satu ini saya suka. Entah kenapa, tapi saya suka sekali," sebut perempuan yang siang itu pun mengenakan dress batik bernuansa putih.
Imang Jasmine adalah salah satu peserta dari 15 artisan di bawah naungan Meet the Makers, yang terpilih untuk ambil bagian dalam pameran Meet the Makers 14.
Baca juga: Kisah Wisni 7 Tahun Pakai Kutu Baru dan Batik, Dibully hingga Difollow
Meet the Makers adalah sebuah komunitas -independen, untuk seni kriya Indonesia yang rutin membuat pameran, yang pesertanya merupakan hasil dari kurasi tersendiri.
"Kami melakukan kurasi, kami memilih artisan yang bekerja dengan jiwa mereka dan akar budaya Indonesia," kata Bregas Harrimardoyo, salah satu perwakilan Meet the Makers.
Kendati demikian, Bregas mengaku, untuk mencari artisan yang baru merupakan hal yang tidak mudah. "Menemukan yang baru, dan layak dan pantas itu yang sulit," kata dia.