Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kain Batik Merah, Bikin Nenek Asal Australia Jatuh Hati Seketika...

Kompas.com - 03/10/2019, 18:27 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Langkah Sandra -seorang nenek asal Australia, yang sedang berjalan melintasi lapangan parkir di pusat perbelanjaan Cilandak Town Square (Citos), Kamis (3/10/2019) tiba tiba terhenti.

Sebuah kain batik motif parang berwarna merah yang disampirkan di teras Galeri MULA Creative Hub mencuri perhatiannya.

Sandra lalu melangkah masuk ke galeri yang memang berdiri bersisian dengan lapangan parkir di salah satu pusat perbelanjaan dan kuliner terkenal di Jakarta Selatan itu.

"Tadi saya cuma lewat di depan, dan lihat kain itu, kok bagus sekali, saya langsung jatuh cinta," kata Sandra dengan bahasa Indonesia yang fasih, karena sudah lebih dari 50 tahun menetap di Jakarta.

Baca juga: 5 Tips Merawat Batik Kesayangan

Kain batik merah yang mencuri perhatian Sandra adalah sehelai batik Pekalongan, kreasi seniman di bawah naungan Imang Jasmine.

"Berapa harganya? Bisa bayar dengan kartu kredit," tanya Sandra kepada Imang.

Kain batik tulis Pekalongan yang dipajang di teras Galeri MULA Creative Hub, Cilandak Town Square, Jakarta, Kamis (3/10/2019).KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Kain batik tulis Pekalongan yang dipajang di teras Galeri MULA Creative Hub, Cilandak Town Square, Jakarta, Kamis (3/10/2019).

Imang lalu menyebut harga batik tulis tersebut Rp 3,5 juta. "Ini menggunakan pewarnaan kimia, karena yang natural enggak ada untuk merah seperti itu," kata Imang.

Sandra mengaku sebagai penggemar batik sejak lama, namun telah lama pula dia tak membeli batik baru.

"Saya suka, tapi karena umur saya sudah segini, saya jadi sudah enggak pernah beli lagi," ungkap dia.

"Hanya saja yang satu ini saya suka. Entah kenapa, tapi saya suka sekali," sebut perempuan yang siang itu pun mengenakan dress batik bernuansa putih.

Meet the Makers 14

Imang Jasmine adalah salah satu peserta dari 15 artisan di bawah naungan Meet the Makers, yang terpilih untuk ambil bagian dalam pameran Meet the Makers 14.

Baca juga: Kisah Wisni 7 Tahun Pakai Kutu Baru dan Batik, Dibully hingga Difollow

Meet the Makers adalah sebuah komunitas -independen, untuk seni kriya Indonesia yang rutin membuat pameran, yang pesertanya merupakan hasil dari kurasi tersendiri.

"Kami melakukan kurasi, kami memilih artisan yang bekerja dengan jiwa mereka dan akar budaya Indonesia," kata Bregas Harrimardoyo, salah satu perwakilan Meet the Makers.

Kendati demikian, Bregas mengaku, untuk mencari artisan yang baru merupakan hal yang tidak mudah. "Menemukan yang baru, dan layak dan pantas itu yang sulit," kata dia.

Tahun ini, Meet the Makers menyertakan 15 artisan dari seluruh Tanah Air. Imang Jasmine adalah salah satu peserta yang baru pertama kali ikut di ajang ini.

Peserta baru lain yang datang dari timur adalah tenun Tanimbar Ralsasam. Sebuah kreasi budaya di Maluku yang dilakukan secara turun menurun dan bertahan hingga kini.

Baca juga: Intip Batik WDrupadi yang Klasik, Anggun, dan Sporty

Para perwakilan Meet the Makers, (ki-ka) Bregas Harrimardoyo, Maria Cristina S Guerrero, dan Desmond Anabrang berfoto bersama seusai sesi jumpa pers di Galeri MULA Creative Hub, Cilandak Town Square (Citos), Jakarta, Kamis (3/10/2019).KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Para perwakilan Meet the Makers, (ki-ka) Bregas Harrimardoyo, Maria Cristina S Guerrero, dan Desmond Anabrang berfoto bersama seusai sesi jumpa pers di Galeri MULA Creative Hub, Cilandak Town Square (Citos), Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Selebihnya, ada kerajinan dan tenun Dayak, karya keramik Pekunden, kreasi batik Brahma Tirta Sari dari Yogyakarta, Omah Batik Sekar Turi, dan tenun ikat Biboki.

Lalu ada karya Marenggo natural dyes, kreasi tekstil Wiru dari Caroline Rika Winata, kerajinan kulit kayu Sulawesi Tengah, tenun ikat savu dari NTT, kain tradisi Totem Atelier, dan Dame Ulos: Renny Manurung.

Kemudian ada pula kreasi unik dari Mupakara dan kerja sama dengan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dalam Gerai Nusantara.

"Jadi kami melibatkan para artisan yang menjanjikan kualitas dan kepedulian pada kelangsungan Kebudayaan Indonesia, untuk berinteraksi langsung dengan publik," kata Bregas.

Baca juga: Memahami Batik Indonesia Lewat Tari Ambabar Batik

Dalam acara pameran yang berlangsung mulai 3-5 Oktober ini, tak hanya diisi dengan pameran dan penjualan, namun juga ada workshop pembuatan berbagai kerajinan, yang melibatkan pengunjung.

"Ada proses membatik, menenun, batik for kids, membuat aksesoris Dayak, juga kreasi serat daun," cetus Maria Cristina S Guerrero, salah satu konsultan yang bekerja sama dengan Meet the Makers.

Sehingga, pengunjung-pengunjung seperti Sandra memang menjadi salah satu sasaran ketika acara ini tak diselenggarakan di tempat yang eksklusif, tapi berbaur dengan banyak orang.

"Mereka bisa datang ke sini tanpa sengaja dan melihat pameran ini, sehingga lebih dekat ke publik," kata Maria.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com