Hal terpenting, kata dia, artikel tersebut tidak menyuruh pembacanya melakukan hal-hal seperti: "berdiet lah", "makan bersih", "makan sehat", "lakukan kardio", dan lainnya.
"Aku pun mulai membaca lebih banyak tentang pola defisit kalori, dan ternyata konsep ini tidak baru," kata dia.
Natarajan pun mulai memasukkan daging ke dalam pola makannya dan memastikan ia menerapkan pola defisit kalori, serta tidak makan berlebih setiap harinya.
Baca juga: Amankah Ibu Hamil Melakukan Olahraga Kardio?
Ia menargetkan defisit 500 kalori setiap harinya.
Usaha tersebut membuatnya bisa menurunkan 0,5 kilogram lemak setiap minggu, karena setiap 0,5 kilogram sama dengan 3.500 kalori.
Natarajan menggunakan estimasi persentase lemak online untuk mengalkulasi nilai tersebut dan memasukkannya ke kalkulator "If It Fits Your Macros" atau IIFYM.
Penghitungannya menghasilkan 1.850 kalori sebagai Total Pengeluaran Energi Harian (TDEE). TDEE adalah total jumlah kalori yang dibakar tubuh setiap harinya.
"Karena aku sudah menutup semua defisit kalori dengan total asupan, maka aku tidak perlu melakukan kardio saat berolahraga untuk membakar kalori," ucap dia.
Untuk menjaga berat badannya tetap stabil, angka tersebut harus sama dengan energi tubuh yang dikeluarkan.
Setelah mencapai target berat badan yang diinginkannya, Natarajan menjaga asupan kalori 1.350 kalori setiap hari, mengonsumsi daging, namun tidak mengikuti aturan jam makan tertentu.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.