Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/10/2019, 22:01 WIB
Wisnubrata

Editor

Sumber

Kenapa tidak semua pria mengalami menopause?

Saat pria memasuki usia 30 tahun, secara perlahan, produksi testosteron akan mulai menurun. Namun, gejala menopause yang muncul pada pria, sebenarnya tidak hanya dipengaruhi oleh hormon.

Pasalnya, tidak semua pria mengalami menopause. Meski demikian, penurunan produksi hormon testosteron terjadi pada semua pria.

Menopause pada pria sebenarnya adalah kondisi yang kompleks. Kondisi ini, juga erat kaitannya dengan riwayat penyakit lain seperti penyakit jantung, obesitas, diabetes tipe 2, dan tekanan darah tinggi. Pada pria yang mengalaminya, gejala yang muncul pun bisa berbeda-beda.

Hal di atas menggambarkan bahwa hormon bukanlah satu-satunya faktor yang memengaruhi menopause pada pria. Faktor risiko lain, seperti di bawah ini, juga dipercaya dapat meningkatkan kemungkinan pria mengalami menopause.

  • Kurang olahraga
  • Kebiasaan merokok
  • Sering minum alkohol
  • Stres
  • Gangguan kecemasan
  • Kurang tidur

Sementara itu, disfungsi ereksi yang juga bisa menandakan seorang pria terkena menopause, disebabkan oleh gangguan di pembuluh darah maupun saraf.

Beberapa pria juga mengalami krisis paruh baya, yang membuat khawatir berlebihan terhadap karier dan pencapaian mereka di usia tersebut. Kondisi ini bisa menjadi pemicu depresi, yang juga merupakan penyebab utama munculnya gejala fisik menopause pada pria.

Sebenarnya, jika tanda-tanda menopause pada pria tersebut tidak terlalu mengganggu kegiatan sehari-hari, maka tidak diperlukan perawatan tertentu. Namun, jika dirasa mengganggu, dapat memeriksakan kondisi ini ke dokter.

Sebelum memulai perawatan, dokter akan mengambil sampel darah untuk diperiksa, guna mengetahui kadar testosteron di tubuh. Perawatan yang paling umum untuk kondisi ini umumnya adalah mengubah pola hidup menjadi lebih sehat.

Baca juga: Seputar Masa Subur Pria yang Penting Kita Pahami

Mengonsumsi makanan sehat, olahraga teratur, tidur yang cukup, serta meredakan stres, dianggap dapat membantu mengembalikan produksi testosteron.

Jika kondisi ini menyebabkan depresi, dokter juga akan meresepkan obat antidepresan, serta menyarankan sesi terapi.

Berkonsultasi dengan dokter mengenai kondisi ini, memang bukan hal mudah. Masih banyak pria yang menganggap, berkonsultasi ke dokter seputar kehidupan seksual adalah hal yang memalukan.

Namun, langkah inilah yang paling efektif untuk membantu mengembalikan kebahagiaan bersama pasangan. Sehingga, cobalah untuk ubah pemikiran tersebut perlahan-lahan, demi mencapai hidup yang lebih sehat dan bahagia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Sumber

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com