Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 12/10/2019, 12:24 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Luka yang terbuka memang dapat menjadi sumber infeksi. Meski begitu, jangan keliru menangani luka. Misalnya saja membersihkan luka dengan alkohol. 

Dokter spesialis luka dari Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, dr. Adisaputra Ramadhinara, MSc, CWSP, FACCWS menyebut, mencuci luka dengan alkohol tidak dianjurkan.

Meskipun bisa membunuh bakteri, namun alkohol juga bisa merusak jaringan sehat.

"Cuci luka dengan antiseptik yang aman untuk jaringan kulit. Tidak membunuh jaringan sehat, hanya membunuh bakteri dan tidak berbahaya untuk jaringan," kata Adi dalam acara media gathering di Yogyakarta, Jumat (11/10/2019).

Sementara untuk jenis luka bakar atau terkena benda panas seperti panci atau knalpot, tangani dengan air mengalir selama 15-20 menit untuk membuang panasnya

Hal ini dilakukan agar kerusakan yang ditimbulkan oleh panas bisa diminimalisasi. Setelah itu, baru gunakan antiseptik untuk mensterilkan luka.

Riset Hansaplast pada 2018 menemukan, masih ada 70 persen masyarakat belum merawat luka dengan tepat.

Baca juga: Tiga Tingkatan Luka Bakar yang Perlu Anda Tahu dan Penanganannya

Kesalahan yang umum lainnya adalah tidak mau menutup luka dengan alasan agar luka cepat kering. Padahal, luka justru harus ditutup dengan benar dan penyembuhan luka dilakukan dengan menjaga area luka tetap lembap.

"Saat luka terjadi kan kita perlu waktu untuk jaringan kulit menutup seperti sedia kala. Kita butuh menggantikan kulit itu supaya tetap lembap, sehingga butuh penutup," kata dokter spesialis luka pertama di Indonesia itu.

Plester dalam hal ini menjadi media sementara pengganti kulit yang hilang akibat luka.

Marketing Director Hansaplast Christopher Vierhaus, Junior Brand Manager Tessa Indira dan dr. Adisaputra Ramadhinara, MSc, CWSP, FACCWS dalam acara media gathering di Yogyakarta, Jumat (11/10/2019).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Marketing Director Hansaplast Christopher Vierhaus, Junior Brand Manager Tessa Indira dan dr. Adisaputra Ramadhinara, MSc, CWSP, FACCWS dalam acara media gathering di Yogyakarta, Jumat (11/10/2019).

Selain itu, hindari menutup luka menggunakan kain kasa. Sebab, bakteri akan dengan mudah masuk dari celah kasa.

"Ada studi ilmiahnya kalau bakteri bahkan bisa menembus 64 lapis kasa. Kita enggak mungkin pakai segitu, kan? Sudah ada cost tidak efektif pula. Ketika mau mengganti juga malah menempel di luka," ucap Adi.

Plester idealnya diganti secara berkala karena harus dijaga tetap lembap, tidak kering dan tidak pula basah. Adi menyarankan agar plester diganti setelah mandi.

Sehingga dalam sehari kita bisa mengevaluasi luka sebanyak dua kali.

"Kalau progress memburuk kita bisa ke klinik atau rumah sakit, kalau bagus perawatan itu bisa dilanjutkan," kata dokter yang juga dikenal lewat akun Instagramnya @dokterluka itu.

Baca juga: Cara Menangani Luka akibat Gigitan Anjing

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com