Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Bhineka Literasi Nutrisi Jadi Ancaman Integrasi

Kompas.com - 13/10/2019, 13:38 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Walaupun pemerintahnya dikenal keras, tegas tanpa pandang bulu, dengan promosi dan opini publik yang sudah terlanjur dibangun tentang hidup nyaman dan sejuta kebaikan susu, akibatnya orang-orang China saat ini memiliki julukan sebagai pengimpor susu formula dan susu pertumbuhan yang membuat harga jual kacau di banyak negara.

Ketika Indonesia mengenal istilah ‘jasa titipan’ untuk aneka barang mewah, para mahasiswa China di Australia sudah lebih dahulu mempelopori ‘jastip’ untuk memborong berkaleng-kaleng susu formula.

Penduduk Australia sendiri menjadi marah dan protes besar-besaran dengan raibnya susu kaleng di berbagai swalayan.

“Terpental” dari kondisi stunting menjadi malapetaka obesitas di usia muda adalah hal yang amat menakutkan.

Baca juga: Apa Benar Kanker Tidak Diketahui Penyebabnya?

Anak-anak yang sudah terlanjur mempunya referensi (acuan) dan preferensi (pilihan) rasa serta kecanduan, tidak bisa begitu saja diubah seperti membalikkan telapak tangan.

Obesitas mengundang rentetan risiko penyakit yang penanganannya jauh dari kata murah dan mudah.

Diabetes, hipertensi, stroke, serangan jantung hingga kanker tidak akan membutuh penderitanya seketika.

Bahkan dalam keadaan cuci darah yang tak akan selesai seumur hidup itu pun, penderitanya akan masih didera dengan kecanduan makanan-makanan yang telah membuatnya sengsara.

Kita memang harus belajar banyak sampai ke negeri China. Sambil menyadari bahwa kita tidak mungkin setegas mereka dalam memberi sanksi dan hukuman.

Baca juga: Literasi dan Edukasi: Meminimalkan Medikalisasi

Rakyat sudah merasakan hukuman yang mereka buat sendiri, dengan penderitaan penyakit menahun.

Sudah waktunya beragam literasi seputar nutrisi harus diselesaikan. Selama ini yang kita ributkan baru kebhinekaan yang kita pelihara dari apa yang nampak di luar – mulai dari bentuk mata, warna kulit, hingga prinsip menjalani hidup.

Namun jika kebhinekaan itu terbawa di masalah literasi nutrisi, maka urusannya jadi panjang, karena kepentingan akan bermain.

Setiap individu wajib paham apa asupan yang seharusnya dan mana yang harus dihilangkan dari daftar kecanduan.

Mempersatukan kebhinekaan literasi nutrisi sebetulnya amat mudah: Menyusui secara eksklusif perlu menjadi prioritas, agar formula kembali ke ranahnya.

Mendidik seorang ibu hamil untuk bisa terampil menyusui dan membuat makanan keluarga sendiri jauh lebih mudah dan murah, ketimbang menghadapi ratapannya saat sang bayi sakit, kurang gizi atau malah kelebihan kalori.

Stunting belum lah mampu kita tuntaskan, apakah obesitas sudah menghadang di depan bonus demografi?

Baca juga: Kasihan, Orang Sakit Bebannya Selangit

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com