Namun, menurut Profesor Epidemologi Psikiatri dari Columbia University yang mempelajari bunuh diri dan pencegahannya, Madelyn Gould, tanda-tandanya bisa berbeda pada setiap individu.
"Pada beberapa orang bisa kesulitan tidur, lainnya mungkin merasa ditolak atau dihina. Hingga pada titik tertentu, mereka tidak bisa lagi mengontrol dirinya," kata Gould.
2. Tanya keadaannya
Cobalah menanyakan keadannya dan tunjukkan bahwa kamu peduli.
"Orang-orang yang berjuang dengan depresi dan keinginan bunuh diri sering merasa mereka menjadi beban bagi orang lain," kata Marshall.
Namun, ketika ada orang lain yang menanyakan keadaan dan menawarkan bantuan, rasa terisolasi orang tersebut dapat berkurang.
"Bahkan meskipun kamu bingung menemukan kata-kata apa yang pas untuk diutarakan pada mereka, aspek kepedulian bisa membuat perubahan besar," kata psikolog dan anggota badan direktur American Association of Suicidology, DeQuincy Lezine. Lezine sendiri merupakan seorang penyintas.
Menurut asisten medis di Seattle dan juga seorang penyintas, Julie DeGolier, pertanyaan yang perlu dilontarkan cukup sederhana, seperti "apakah kamu baik-baik saja?" atau pernyataan seperti "jika kamu butuh sesuatu, beri tahu aku, ya".
Kalimat-kalimat tersebut dinilai bisa mengurangi pikiran-pikiran negatif yang bisa berujung pada kondisi krisis.
3. Tanya tentang bunuh diri
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan