Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu Pelecehan Seksual "Hantui" Produk Ternama Lululemon...

Kompas.com - 16/10/2019, 11:54 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

Pemerintah setempat mengeluarkan model kesepakatan itu pasca bencana pabrik di Banglades yang menewaskan lebih dari 1.130 orang.

Tentang tudingan pelecehan dan pemaksaan kerja, Youngone Corporation sudah mengeluarkan pernyataannya kepada the Guardian.

Mereka mengaku berkomitmen untuk menyediakan lingkungan kerja yang aman dan adil, dengan meluncurkan upaya peninjauan internal.

Seorang juru bicara Lululemon mengatakan kepada laman Dazed, "kami menanggapi tuduhan ini dengan sangat serius, dan kami berkomitmen untuk menggelar penyelidikan penuh dan independen."

Lululemon bukan label mode pertama yang menghadapi reaksi keras atas tuduhan terkait aspek ketenagakerjaan.

Pada 2014 seorang pembeli Primark menemukan label "cry for help" yang dijahit di baju seharga Rp 181 ribu.

Lalu, sebuah laporan awal tahun ini menemukan dugaan kekerasan dan pelecehan berbasis gender terhadap buruh, yang terjadi di tiga pabrik di Lesotho, Afrika Selatan.

Baca juga: Kembali Melantai di Bursa, Saham Levi Strauss Melonjak 30 persen

Pelanggan pabrik itu termasuk merek denim Amerika Serikat Levi Strauss, Calvin Klein, dan Wrangler.

Merek besar seperti Lululemon, mempromosikan dan mengambil untung dari fenomena kesejahteraan yang sedang berkembang.

Namun, laporan semacam ini membuktikan bahwa konsumen tidak boleh dibutakan oleh perusahaan bernilai miliaran dolar AS, dan merek yang terlihat berkelas.

Lihatlah leihjauh bagaimana mereka memperlakukan buruh, dengan munculnya tuduhan pelecehan sistemik di tengah industri fesyen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com