Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 18/10/2019, 08:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Kadar gula darah yang terkendali merupakan kunci untuk menghindari atau memperlambat timbulnya komplikasi akibat penyakit diabetes mellitus. Namun, sebagian besar pasien diabetes jarang memeriksakan kadar gula darahnya.

Komplikasi diabetes menyebabkan berbagai kerusakan organ tubuh, di antaranya adalah diabetes retinopati yang merupakan penyebab utama kebutaan pada orang dewasa, diabetes nefropati yang merupakan penyebab utama gagajl ginjal, serta peningkatan penyakit kardiovaskular dan stroke.

Pemeriksaan kadar gula darah pada pasien diabetes harus dilakukan berkala sehingga bisa dipantau apakah diperlukan penyesuaian pola makan atau obat.

Dalam pemeriksaan kadar gula darah, indikator yang dipakai adalah HbA1c, yang mengukur jumlah rata-rata gula dalam darah selama tiga bulan terakhir. Hasilnya jauh lebih akurat dibandingkan pemeriksaan gula darah harian yang sangat fluktuatif.

Bagi orang normal, kondisi normal HbA1c adalah 4-5,7 persen, sedangkan bagi pasien DM, HbA1c yang baik di bawah 7 persen.

HbA1c dapat jadi tolok ukur keberhasilan manajemen pengendalian gula darah pasien DM. Jika nilai HbA1c terus tinggi maka risiko komplikasi juga tinggi.

Ketua PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia), Prof. Dr. Ketut Suastika SpPD-KEMD menyarankan pasien diabetes melakukan pemeriksaan HbA1c setiap tiga bulan sekali.

“Nilai HbA1c pasien diabetes sebaiknya di bawah 7 persen. Pemeriksaan HbA1c sudah di-cover BPJS di fasilitas kesehatan tingkat dua. Tetapi sayangnya fasilitas untuk tes HbA1c belum merata di semua daerah. Kendala lain pemeriksaan HbA1c adalah harganya relatif mahal, di rumah sakit swasta mungkin sekitar Rp200.000,” paparnya.

Baca juga: Gejala Kadar Gula Darah Tinggi walau Tak Punya Diabetes

Meskipun pemeriksaan HbA1c memang salah satu hal penting dalam penatalaksanaan diabetes, tetapi belum menjadi alat wajib di Puskesmas di Indonesia.

Alasannya adalah efisiensi dan efektivitas alat terkait harga yang mahal dan ketersediaan SDM yang mampu mengoperasionalkannya.

IlustrasiShutterstock Ilustrasi

Insulin

Nilai HbA1c juga bisa menjadi indikator inisiasi penggunaan insulin. Apabila seorang penderita diabetes sudah terdiagnosis dan sudah mendapat terapi dengan obat antidiabetik oral dengan dosis maksimal namun nilai HbA1c lebih dari 7 persen, sudah dapat memulai inisiasi insulin.

Terlebih lagi, apabila pasien pertama kali terdiagnosis diabetes dengan HbA1c lebih dari 9 persen dengan adanya gejala dekompensasi metabolik, maka dianjurkan untuk inisiasi pemberian insulin untuk dapat mengendalikan gula darah penderita.

“Pada pasien tertentu dengan kadar HbA1c di atas 9 persen dan disertai gejala katabolik yang berat, bahkan sampai kegawatdaruratan, harus langsung diberikan insulin,” kata Ketut.

Sayangnya, masih banyak kendala pemberian insulin ini, termasuk dari sisi pasien itu sendiri. Misalnya, takut jarum suntik dan takut kalau insulin membuat ketergantungan.

Baca juga: 97 Tahun Lalu, Manusia Dapat Suntikan Insulin untuk Kali Pertama

Dalam upaya mengendalikan angka prevalensi diabetes, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan keputusan untuk penggunaan insulin bagi pasien diabetes tipe 2 yang kadar HbA1c-nya 9 persen dan tidak terkendali dengan pemberian kombinasi obat oral anti-diabetes.

“Saat ini, jika pasien datang ke Puskesmas dan membutuhkan pemeriksaan HbA1c maka digunakan fasilitas rujukan ke pusat pelayanan kesehatan tingkat dua. Mekanismenya bisa dengan berjejaring dengan laboratorium klinik yang bekerjasama dengan BPJS,” jelas Drg. Saraswati MPH, Direktur Pelayanan Primer, Dirjen Pelayanan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.

Selain dengan pemeriksaan HbA1c yang diikuti dengan pengobatan medis, pengaturan gizi, dan penerapan pola hidup sehat juga sangat penting untuk pengelolaan diabetes.

Penderita diabetes harus menjaga asupan makanan, olahraga dengan teratur, dan menaati rencana pengobatan yang diberikan oleh dokter, demi kontrol penyakit diabetes yang lebih maksimal.

Baca juga: Sering Konsumsi Minuman Latte Tingkatkan Risiko Diabetes

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com