KOMPAS.com - Beberapa hari ini cuaca di beberapa kota di Indonesia terasa sangat panas. Mereka yang beraktivitas di bawah sengatan matahari dalam waktu yang lama, berisiko terkena dehidrasi. Jika dibiarkan, komplikasi bisa berkembang lebih parah menjadi heat stroke.
Dehidrasi maupun heat stroke, sebaiknya tidak diremehkan. Pada kondisi yang parah, keduanya bisa mengancam keselamatan jiwa.
Apa itu dehidrasi dan heat stroke?
Saat berada di bawah sengatan sinar matahari dalam jangka waktu yang lama, cairan di tubuh lama-kelamaan akan berkurang. Jika cairan yang kita konsumsi jumlahnya kurang, dehidrasi bisa terjadi.
Sementara itu, heat stroke adalah salah satu bentuk komplikasi dari dehidrasi. Kondisi ini adalah yang paling parah, dibandingkan dengan penyakit yang berkaitan dengan cuaca panas lainnya.
Jika tidak segera ditangani, heat stroke dapat dengan cepat merusak otak, jantung, ginjal, otot, dan bahkan bisa mengancam nyawa.
Saat seseorang mengalami dehidrasi dan tubuh tidak mengeluarkan cukup keringat untuk menurunkan suhu, maka suhu di tubuh akan naik hingga tingkat yang berbahaya. Kondisi inilah yang dinamakan heat stroke. Kondisi ini bisa terjadi secara tiba-tiba dan merupakan kegawatdaruratan medis.
Kenali gejala dehidrasi dan heat stroke
Mengenali gejala dehidrasi maupun heat stroke, dapat meningkatkan kewaspadaan kita terhadap kedua kondisi ini. Berikut ini gejala dehidrasi yang perlu dikenali.
Gejala heat stroke yang paling mudah dikenali adalah suhu tubuh yang sangat panas, hingga mencapai 40 derajat Celsius, atau bahkan lebih. Orang yang terkena heat stroke umumnya akan langsung pingsan.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.