Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kurang Tidur Picu Nafsu Makan Berlebih, Benarkah?

Kompas.com - 25/10/2019, 07:02 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah studi ilmiah menyebutkan, waktu yang kita habiskan untuk tidur di malam hari berpengaruh terhadap hormon dan metabolisme tubuh.

Namun lebih jauh, sebuah jurnal terbaru yang diterbitkan pada the Journal of Lipid Research menemukan penjelasan lebih rinci.

Disebutkan, kurang tidur akan membuat seseorang kurang terpuaskan setelah makan, dan memengaruhi bagaimana tubuh memetabolisme lemak.

Kondisi ini memicu munculnya nafsu makan berlebih, dan berujung pada kenaikan berat badan.

Studi kecil tersebut melibatkan 15 pria sehat usia 20 tahunan. Kebiasaan tidur mereka diteliti dalam laboratorium tidur selama 10 malam.

Baca juga: Bakar Lemak Dua Kali Lipat dengan Olahraga Sebelum Sarapan

Pada lima hari di antaranya, mereka diminta untuk tetap terbangun di malam hari, hingga waktu tidur mereka tidak lebih dari lima jam.

Sementara, pada lima hari sisanya, mereka bisa tidur normal.

Setelah pembatasan tidur selama empat hari, para peneliti memberikan makanan pada partisipan.

Makanan yang terdiri dari mac and cheese pedas tinggi kalori dan lemak, diberikan pada larut malam.

Namun, pada periode ketika partisipan tidur lebih lama, mereka juga diberikan makanan tinggi lemak sebelum tidur.

Meski tipe makanan yang mereka makan mempunyai kandungan lemak yang sama, partisipan dilaporkan merasa kurang kenyang pada malam ketika mereka kurang tidur.

Baca juga: Saat Nasi Lemak Jadi Inspirasi Sneakers

Ketika para peneliti melihat sampel-sampel darah di masa studi, mereka juga menemukan bahwa tubuh para partisipan cenderung lebih lamban dalam membersihkan lemak dari aliran darah.

Kondisi ini juga dikenal dengan istilah lipid itu  dibandingkan dengan hari-hari ketika mereka tidur lebih lama.

Kondisi ini menjadi masalah. Sebab, jumlah lipid berlebih bisa menyebabkan penimbunan lemak pada dinding arteri.

Selain itu, keadaan ini pun meningkatkan risiko penyakit jantung dan mendorong penyimpanan lemak.

Hal inilah yang lalu dapat menimbulkan penambahan berat badan.

"Studi ini menunjukkan, pembatasan tidur, meski hanya beberapa hari, akan mengubah tingkat kepuasan kita terhadap makanan, bahkan terhadap makanan tinggi kalori."

Baca juga: Mana yang Lebih Buruk: Lemak atau Gula?

"Kondisi ini bisa memicu kita untuk makan lebih banyak dari yang kita butuhkan," kata salah satu penulis studi Orfeo Buxton, Ph.D, kepada Runner's World.

Orfeo Buxton juga adalah profesor Departemen Kesehatan Biobehavioral di Pennsylvania State University, Amerika Serikat.

Di samping itu, membatasi tidur juga mengubah cara tubuh memproses apa yang dimakan, dan berpotensi memicu kenaikan berat badan, bahkan diabetes dalam jangka panjang.

Meski begitu, studi ini tetap memiliki batasan khususnya dalam hal ukuran sampel yang kecil, periode penelitian singkat dan kelompok partisipan yang serupa.

Misalnya, tidak diketahui apakah efek yang sama juga akan terjadi pada wanita atau orang yang lebih tua.

Juga, apa yang mungkin terjadi jika kebiasaan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang memiliki penyakit metabolik atau kolesterol tinggi.

Penulis utama Kelly Ness, Ph.D dari University of Washington juga mengatakan, lingkungan studi yang sangat terkontrol bisa memberikan model yang kurang sempurna terhadap kehidupan nyata.

Baca juga: Lemak Tak Selalu Bikin Gemuk, Apa Alasannya?

Ada kemungkinan, jika waktu pemulihan lebih besar maka efek manfaatnya bisa mengurangi efek buruk jika sesekali kita kurang tidur.

Misalnya, mengejar kekurangan tidur lebih dari lima hari setelah kurang tidur beberapa hari.

Meski begitu, Ness mengatakan, pelenelitian ini memberikan satu lagi bukti bahwa insiden jangka pendek dari tidur singkat bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes, dan/atau penyakit metabolik lainnya.

Selain itu, usahakan menghindari konsumsi makanan tinggi lemak sebelum tidur, terutama jika kita tahu hanya akan mempunyai sedikit waktu untuk tidur.

Meskipun godaan terasa besar, namun percayalah, makanan tinggi lemak yang kita rasa nikmat itu tidak akan sememuaskan yang kita pikirkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com