Setiap mengunjungi suatu negara, Jeje datang seperti kanvas putih yang ingin mengenal budaya negara tersebut.
Ketika warga di sana bertanya, baru ia menjelaskan tentang Indonesia.
Dengan pertemanan, berkomunikasi, mereka akan mengenal sosok Indonesia. Bahkan, ada kalanya mereka penasaran dan mencari sendiri informasi tentang Indonesia.
Semua perjalanan ini bagi dia adalah caranya berterima kasih kepada Tuhan. Ia menikmati pejalanan, mengagumi berbagai keindahannya.
“Di alam bukan untuk menantang atau merasa diri paling hebat. Tapi mensyukuri dan menikmati kehebatan sang pencipta."
"Karena dalam kesendirian, kita tidak pernah sendiri. Ada sang pencipta,” imbuh dia.
Baca juga: Ketika Motor-motor Italia Meluncur di Aspal Mulus Sabana Baluran...
Keberhasilan Jeje mengelilingi dunia ini dianugerahi beberapa penghargaan. Di antaranya dari Rekor Otomotif Indonesia (ROI) tahun 2019 dan Asosiasi Motor Indonesia (IMI) 2008 silam.
Ekspedisi Equador
Kini, Jeje memasuki babak baru perjalanan. Sejak 28 Oktober 2019, bertepatan dengan peringatan Sumpah Pemuda, ia memulai ekspesidi Equatoride.
Equatoride merupakan perjalanan solo touring menggunakan motor menjelajahi kawasan tropis 23.5° LU dan 23.5° LS.
Ada 25 negara yang akan dilewati mulai dari Malaysia, Brunei Darussalam, Filipina, Selandia Baru, South Countries, kembali ke South East Asia, dan finish di Indonesia pada 2021.
Berbeda dengan perjalanan sebelumnya, ekspedisi kali ini disponsori Eiger. Ia mengatakan, hanya Eiger yang tidak mengatakan mimpi saya mustahil.
“Ketika ke Eiger Company, mereka tidak merasa saya orang gila. Kita sama-sama ketemu orang gila. Mungkin itu yang membuat kualitas produknya hebat,” ucap dia.
Baca juga: Memahami Gaya Hidup Vespa, antara Adiksi dan Investasi...
Sebab ia termasuk orang yang rewel. Saat melakukan perjalanan beberapa waktu lalu, ia kerap merusak barang Eiger, dan menceritakan kelemahan produk mereka.