KOMPAS.com – Majalaya adalah satu dari 31 kecamatan di Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Pada tahun 1960-an, Majalaya mulai memasuki masa kejayaannya. Saat itu, Majalaya dijuluki kota dollar, karena menyuplai 40 persen kebutuhan tekstil nasional, terutama sarung.
Sarung tersebut diproduksi warga dengan alat tenun tradisional. Industri rumahan berkembang dengan cukup pesat di masa itu.
Namun lambat laun, teknologi berkembang. Mesin pun mulai masuk ke Majalaya.
Tak mampu bersaing, satu per satu perajin kain berguguran. Hanya sedikit yang mampu bertahan.
Baca juga: Mengenal Kain Aroma, Berteknologi Microcapsule yang Tebarkan Wangi
Salah satu yang bisa bertahan adalah Nirwana Grup. Bahkan, beberapa tahun terakhir ini, mereka kian berkembang dan menjadi penyedia kain untuk berbagai merek ternama di dunia.
“Banyak pabrik di Majalaya yang tutup karena tidak bisa beradaptasi dengan zaman.”
Demikian dikatakan Presiden Direktur Nirwana Grup, Alex Ferdian Santoso kepada Kompas.com di sela-sela Simpati Kickfest 2019, belum lama ini.
Alex menceritakan, bukan perkara mudah untuk keluarganya bisa bertahan. Apalagi sang ayah harus menyewa pabrik yang lebih luas.
Di tahun 1960-1970, sang ayah melakukan peremajaan mesin. Ia memproduksi kain untuk kasur hingga dikenal sebagai raja kasur.
Berbagai persoalan mereka hadapi bersama. Termasuk saat produk tekstil impor dari China membanjiri Indonesia, hingga era bergeser ke dunia digital.
Alex sebagai generasi kedua perusahaannya, terus melakukan inovasi. Salah satunya meng-upgrade infrastruktur untuk menjawab tantangan digitalisasi.
Perjuangan kerasnya membuahkan hasil. Tahun 2012, produknya masuk ke brand internasional, selain menyuplai ratusan brand lokal, dan clothing Tanah Air.
“Kami memasok H&M, Avirex, Puma, Fila, Henri Iloyd, Forever 21, Human Greatness (Hgbasiclabs), Logo, Bombboogie, dan 3 Second."