Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Bahaya Diabetes di Balik Jajanan Kekinian

Kompas.com - 13/11/2019, 16:55 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Diabetes adalah penyakit kronis yang dapat menyebabkan komplikasi masalah kesehatan serius dan mampu menggerus harapan hidup.

Diabetes bisa diibaratkan "induk" dari segala penyakit degeneratif seperti stroke, hipertensi, jantung koroner, hingga disfungsi ereksi.

Dokter spesialis gizi klinik di RSCM, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK (K) menjelaskan, makanan yang masuk ke dalam tubuh seharusnya diubah menjadi glukosa dan kemudian masuk ke dalam sel untuk diubah menjadi energi.

Namun, pada penyandang diabetes kemampuan memasukkan memasukkan gula ke dalam sel menurun.

Baca juga: Jalani Pola Hidup Sehat untuk Hindari Diabetes Melitus

 

Akibatnya, gula menumpuk di pembuluh darah, membuat seseorang merasakan sejumlah gejala seperti mudah lelah dan lemas, karena insulin tidak bekerja dengan baik.

Diabetes bisa dicegah melalui berbagai cara, seperti mengatur pola makan dan olahraga.

"Dulu kita melihat diabetes sebagai faktor turunan. Ternyata tidak. Diabetes juga dipengaruhi lingkungan, bagaimana pola makan, termasuk apakah makanan kita tinggi karbohidrat atau tidak."

Dokter spesialis gizi klinik di RSCM, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK (K) seusai acara diskusi bertajuk Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia di Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/11/2019).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Dokter spesialis gizi klinik di RSCM, Dr. dr. Fiastuti Witjaksono, MS, MSc, SpGK (K) seusai acara diskusi bertajuk Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia di Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/11/2019).

Hal itu diungkapkan oleh Fiastuti dalam diskusi bertajuk "Gerakan Lawan Diabetes Bersama Dia" di Lotte Shopping Avenue, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (13/11/2019).

Sayangnya, tambah Fiastuti, saat ini banyak jajanan yang justru minim zat gizi dan tinggi kalori. Beberapa jajanan menurutnya hanya berisi tepung, gula, dan lemak.

Contohnya, minuman kekinian seperti bubble drink atau minuman kemasan.

"Sekarang susah mencari minuman tidak manis. Harus minta less sugar atau no sugar. Apalagi minuman sachet, termasuk kopi sachet, soft drink, teh yang di kotak dan botol. Isinya gula, rasa hanya flavor," ucapnya.

Saat ini, banyak pula minuman kekinian yang mengganti gula putih menjadi jenis gula lainnya, misalnya gula aren, karena diklaim lebih sehat.

Padahal, menurut Fiastuti, semua gula sebetulnya sama-sama menyebabkan lonjakan kadar gula darah.

"Mau gula putih, gula aren, gula tebu, gula merah, bahkan madu pun sebetulnya gulanya sama, hanya saja madu mengandung mineral," kata dia.

Baca juga: Awas, Ancaman Diabetes bagi Kamu yang Kurang Gerak...

Namun, bukan berarti kita sama sekali tak diperbolehkan mengonsumsi gula. Kementerian Kesehatan mengeluarkan rekomendasi konsumsi gula, garam, dan lemak.

Untuk konsumsi gula dibatasi 50 gram (empat sendok makan) per hari, garam lima gram (satu sendok teh) per hari, dan lemak 67 gram (lima sendok makan) per hari.

"Sedangkan sekaleng soft drink 375 cc itupun gulanya sudah lebih dari batas," kata Fiastuti.

Untuk itu, penting untuk memerhatikan asupan makan dan minum, memilih makanan bergizi dengan porsi yang tepat serta menyeimbangkan aktivitas fisik.

"Kalau lifestyle tidak bagus, kita makan sesuka hati, tidak melakukan aktivitas fisik, gemuk, lemak kita banyak, itu adalah faktor risiko timbulnya diabetes," ujarnya.

Baca juga: Penderita Diabetes Meningkat, Waspadai Gejala Awalnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com