Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sugiarto, si Tukang Berantem yang Sukses Jual Sepatu ke AS

Kompas.com - 18/11/2019, 09:17 WIB
Reni Susanti,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Pemilik brand sepatu Indonesia Kreasi (Inskres), Sugiarto (37) menceritakan perjalanan hidupnya saat masih kecil hingga sekarang.

Sugiarto lahir di Palembang, 19 Mei 1982. Ayahnya adalah anggota TNI berpangkat tidak tinggi, sedangkan ibunya adalah ibu rumah tangga.

Sebagai anak tentara, Sugiarto, ibu, dan ketiga saudaranya hidup berpindah-pindah, tergantung lokasi tugas penempatan tugas sang ayah.

Baca juga: Krisdayanti Beli 6 Sepatu Hak Chunky Jutaan Rupiah untuk ke DPR

Mereka hidup sederhana dan mementingkan pendidikan. Karena itulah, Sugiarto maupun saudaranya wajib masuk sekolah dan perguruan tinggi negeri agar bisa mengurangi beban orangtuanya.

“Kalau dulu, (kuliah) negeri itu murah. Kalau sekarang, negeri malah lebih mahal,” ujar Sugiarto kepada Kompas.com di Bandung, belum lama ini.

Tukang berantem

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by INSKRES (@inskres) on Nov 12, 2019 at 2:51pm PST

Tak banyak yang diceritakan Sugiarto tentang masa kecilnya. Ia hanya memperlihatkan bekas luka yang ada di tubuhnya.

“Saya tukang berantem. Ini bekasnya,” ujar Sugiarto memperlihatkan lukanya.

Tak terhitung berapa kali ia berkelahi di masa kecil dan remajanya. Salah satu yang dia ingat, adalah ketika sang ibu sering kerepotan dengan ulahnya.

Baca juga: Cara Merawat Sepatu Kulit Jenis Full Grain Leather

Sebab, korban yang menjadi lawan Sugiarto, pasti datang ke rumahnya, meminta diobati.

Kebiasaan berkelahinya terus berlangsung hingga kuliah. Ia bahkan sempat dipenjara karena berkelahi.

Menjelang lulus perguruan tinggi, ia bertekad untuk berubah. Ia tak ingin lagi berkelahi dan merepotkan orangtua.

Konsultan

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by INSKRES (@inskres) on Nov 8, 2019 at 2:39pm PST

Selepas kuliah, ia bekerja sebagai konsultan di bidang kehutanan dan pertanian di Jawa Timur.

Menjelang tahun 2010, ia mulai galau karena ingin masuk kelompok pecinta alam, Wanadri, di Bandung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com