Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita Diabetes Berisiko Terkena Neuropati, Bisakah Dicegah?

Kompas.com - 19/11/2019, 11:57 WIB
Wisnubrata

Editor

JAKARTA, K0MPAS.com - Saat ini jenis penyakit yang banyak diderita masyarakat berubah. Dulu penyakit yang mematikan adalah penyakit menular. Namun kini penyakit tidak menularlah yang menjadi ancaman.

Pada tahun 2010 jumlah penderita penyakit tidak menular mulai merangkak naik dan menyebabkan kematian, salah satunya diabetes melitus.

“Dilihat dari data hasil riset kesehatan dasar tahun 2018, prevelensi diabetes melitus meningkat jumlahnya, dari 2,5 persen di tahun 2013 menjadi 3,4 persen di tahun 2018,” ucap dr. Endang Sri Wahyuningsih MKM, Kepala Seksi Penyakit Tidak menular, Kesehatan Jiwa dan NAPZA (PTMKJN), Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalm media briefing di kawasa Argo Plaza, Senin (18/11).

Jika penyakit diabetes tidak ditangani sejak dini maka bisa terjadi komplikasi. Salah satu komplikasi yang mungkin terjadi adalah neuropati.

Neuropati diabetes adalah kerusakan saraf tepi akibat diabetes. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDP) Clinical Practice Recommendation on the Diabetic Foot tahun 2017, neuropati merupakan salah satu komplikasi diabetes yang paling sering muncul dengan prevelensi antara 16 persen hingga 66 persen.

Baca juga: Cegah Diabetes Melitus, Penyakit akibat Gaya Hidup

“Pada penderita diabetes, kadar gula yang tinggi dalam kurun waktu yang lama akan melemahkan dinding pembuluh darah yang memberikan nutrisi ke sel saraf sehingga dapat merusak sel saraf. Hal itu menyebabkan penderita diabetes memiliki risiko tinggi terkena kerusakan saraf tepi atau neurotopi perifer,” jelas Prof. Dr. dr. Mardi Santoso, DTM&H, FINASIM, FACE, Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) Wilayah Jakarta, Bogor, Bekasi, dan Depok.

Gejala yang timbul pada penyandang diabetes salah satunya seperti kebas, kesemutan, rasa terbakar, dan rasa sakit.

Salah satu pencegahan sejak dini yang dapat dilakukan untuk mencegah diabetes adalah screening test, yaitu rangkaian tes yang dilakukan untuk mendeteksi potensi gangguan kesehatan pada tubuh.

“Kegiatan screening test dilakukan untuk usia 15-59 tahun. Kita ukur tinggi badan, berat badan, lingkar perut, tensi darah, dan gula darahnya. Tujuannya untuk mendeteksi lebih awal apakah seseorang mederita penyakit tidak menular atau tidak. Sebab, jika deteksi penyakit tidak menular terlambat dilakukan, akan memakan biaya yang sangat besar untuk berobat,” jelas dr. Endang.

Baca juga: Jalani Pola Hidup Sehat untuk Hindari Diabetes Melitus

Menurut Prof Mardi Santoso, ada beberapa tindakan preventif yang dapat dilakukan supaya tidak terkena diabetes miletus, yaitu edukasi, mengatur pola makan, olahraga, dan intervensi obat-obatan.

Edukasi dapat dilakukan secara pribadi dengan mencari tahu artikel mengenai diabetes melitus. Masyarakat bisa juga mengikuti seminar-seminar mengenai diabetes.

Langkah selanjutnya yaitu menjaga pola makan. Pola makan merupakan salah satu cara mencagah diabetes melitus. Pola makan yang baik supaya tak terkena diabetes melitus yaitu dengan cara mengkonsumsi makanan rendah gula, rendah lemak, dan rendah kalori.

Olahraga pun menjadi langkah penting untuk menghindari dan mengobati diabetes melitus. Sebab, sering berolahraga akan membantu meningkatkan sensitivitas insulin dan menjaga agar gula darah tetap terkendali.

Tindakan preventif yang terakhir adalah mengkonsumsi obat atau vitamin. Salah satu obat yang dapat dikonsumsi adalah vitamin neurotropik.

dr. Rudi Kurniawan, Founder of Sobat Diabet menambahkan, selain menjaga gula darah, vitamin neurotropik penting dikonsumsi oleh pasien diabetes yang belum komplikasi.

Bila tindakan preventif ini dilakukan, maka hidup seseorang akan lebih berkualitas dan beban negara terhadap pengobatan pun berkurang. (Devi Ari Rahmadhani)

Baca juga: 7 Langkah Mudah Mencegah Diabetes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com