KOMPAS.com – Menu steak terbilang populer di Indonesia. Meski populer, masih ada anggapan yang salah mengenai steak.
Misalnya, ada yang menganggap cairan pink yang keluar dari daging adalah darah. Padahal, daging sudah dimasak dalam tingkat kematangan medium.
“Itu bukan darah, tapi itu juicy yang bikin gurih. Karena saat dipotong, darah di sapi menjadi beku.”
Begitu ujar pemilik TKP ( Tempat Karnivor Pesta), Wynda Mardio kepada Kompas.com, di Bandung, belum lama ini.
Baca juga: Di TKP, Kamu Ditantang Makan Daging Sepuasnya, Berminat?
Nah, Wynda pun berbagi informasi tentang jenis daging, tingkat kematangan, dan cara memasak steak.
Kenali jenis daging yang akan dimasak. Apakah tenderloin, sirloin, wagyu, t-bone, atau lainnya. Jenis-jenis daging ini, meski terlihat sama, tetap berbeda.
Termasuk dari jenis apa daging diambil. Daging lokal berbeda dengan daging impor. Salah satunya dari tekstur.
“Ada lima tingkat kematang, tapi yang dikenal orang Indonesia biasanya hanya tiga yakni rare, medium, dan well done,” ucap dia.
Tingkat kematangan rare biasanya tidak disukai orang Indonesia. Sebab daging hanya matang di bagian luar, sedangkan 80 persen bagian dalam masih berwarna merah.
Baca juga: Bagaimanakah Cara Paling Sehat Memasak Daging
Lalu, tingkat medium rare, mirip dengan rare, namun daging yang sudah matang lebih banyak.
Untuk tingkat kematangan medium, daging memiliki warna coklat lebih banyak dan menyisakan sedikit warna pink di dalam.