Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 23/11/2019, 15:07 WIB
Lusia Kus Anna

Editor


KOMPAS.com – Gaung kampanye fesyen berkelanjutan (sustainability fashion) dalam beberapa tahun terakhir semakin kencang. Dalam kampanye ini kita diajak untuk lebih selektif membeli barang fashion untuk mengurangi limbah tekstil yang besar.

Di era fast fashion dan harga barang yang relatif murah, kita cenderung lebih sering membeli pakaian tanpa memikirkan jangka panjang waktu pemakaian barang.

Copenhagen Fashion Summit, acara bisnis dunia yang membahas isu keberlanjutan dalam fesyen melaporkan, 92 juta ton limbah busana mengalir ke tempat pembuangan sampah setiap tahun.

Fesyen berkelanjutan adalah gerakan dan proses untuk mendorong perubahan pada produk fesyen dan sistem fesyen menjadi lebih peduli pada kelestarian alam dan kesejahteraan orang-orang yang terlibat dalam proses pembuatan serta keterampilan mereka.

Sabrina Joseph, Co-founder platform HuntStreet mengatakan ada banyak cara untuk menerapkan fesyen berkelanjutan namun tetap tampil gaya.

"Kita dapat melakukan sustainanble dengan berbagai cara, seperti membeli barang preloved, menyewa pakaian dengan teman, bertukar pakaian, upcycle dari sisi pakai, atau mendaur ulang pakaian,” dalam sesi bincang acara Hunt2Save Re-Loved by HuntStreet.com x Setali, di Jakarta, Jumat (22/11).

Desainer Ikat Indonesia, Didiet Maulana menerapkan fesyen yang ramah lingkungan dengan cara memperbaharui kembali barang yang dianggap sisa atau bekas. Antara lain dengan mengurangi bahan pakaian serta mengolah kembali kain perca menjadi sesuatu yang memiliki nilai.

"Di Ikat Indonesia, kami sudah mempunyai mesin dan alat tenun bukan dari listrik dengan maksud untuk melakukan penghematan listrik," ungkapnya.

Baca juga: Mengenal Slow Fashion, Mode Berkelanjutan demi Kelestarian Bumi

 

Dari kiri ke kanan: Atta dari Greenpeace, Andien Aisyah, desainer Didiet Maulana, dan Sabrina Joseph, co-founder Huntstreet.Renna Yavin Dari kiri ke kanan: Atta dari Greenpeace, Andien Aisyah, desainer Didiet Maulana, dan Sabrina Joseph, co-founder Huntstreet.

Selain itu, dia juga lebih banyak membuat pakaian dengan model yang bisa dipakai kapan saja dengan tampilan yang tidak ketinggalan zaman.

“Di tahun 2018, IKAT membuat project untuk pelanggan yang sudah bosan dengan baju lamanya, bisa datang ke toko untuk dirombak lagi pakaiannya dengan harga tertentu," tambahnya.

Ia menambahkan, masyarakat tetap bisa bergaya trendi walaupun menggenakan pakaian lama.

"Kita harus pintar dengan membeli pakaian yang kualitasnya tinggi, pakaian yang dapat dipakai jangka waktu yang lama, desain dan modelnya timeless, dan bisa juga mulai membuka koleksi lama dan buat pakaian itu menjadi tren kembali," jelas Didiet.

Setali Indonesia, yayasan yang didirikan oleh penyanyi Andien Aisyah, juga giat melakukan edukasi untuk mengurangi limbah fesyen, termasuk menerima pakaian layak pakai dari masyarakat.

"Setali Indonesia hadir untuk mengedukasi masyarakat tentang keberlanjutan mode dan menjadi solusi dari pakaian yang sudah tak terpakai," ungkap Andien.

Baju layak pakai itu kemudian akan disortir dan dijual kembali, yang hasilnya akan digunakan untuk kegiatan sosial serta membeli alat daur ulang pakaian.

 Baca juga: California Larang Penjualan Produk Fesyen Berbahan Bulu Binatang

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com