Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wimpie Pangkahila

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Iklan Bohong untuk Kejantanan, Masihkah Kamu Percaya?

Kompas.com - 26/11/2019, 11:57 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
Editor Wisnubrata

KOMPAS.com - Malam ini saya menerima pesan singkat dari seorang teman agar saya menjelaskan lagi kepada publik mengenai iklan terkait “kejantanan” dan organ seks pria, si penis itu.

Kebetulan minggu yang lalu saya menerima lagi seorang pria, korban iklan jahat yang menawarkan “membesarkan ukuran penis”. Entah, saya tidak ingat lagi ini korban yang ke berapa akibat iklan bohong dan jahat itu.

Beberapa foto si penis yang rusak dan bahkan mengerikan masih saya simpan. Lumayan dapat dijadikan bahan kuliah untuk para mahasiswa saya. Atau juga sebagai bahan presentasi dan diskusi pada acara Kedokteran yang terkait.

Bagi orang yang tidak memahami ilmu Kedokteran, tentu dapat dimengerti kalau mudah tertipu dengan iklan bohong seperti itu.

Tetapi bagi para dokter dan mereka yang mengerti bagaimana terjadinya perkembangan organ seks, pastilah segera tahu bahwa iklan itu jahat dan penuh tipuan.

Intinya, kalau seorang pria sudah berkembang normal menjadi dewasa, termasuk organ seksualnya, maka ukuran penis tidak dapat ditambah lagi. Artinya itulah ukuran normalnya.

Kalau pun sekarang di bidang Kedokteran dilakukan upaya estetik menggunakan suntikan filler HA ke bagian bawah kulit penis, itu pun belum mendapatkan persetujuan secara internasional.

Kalau seorang pria sudah dewasa dengan penis tidak berkembang normal masih seperti pada masa anak-anak, nah itu masih dapat diberi pengobatan hormon yang terkait perkembangan organ seks.

Tetapi kalau pria itu sudah dewasa baru mendapat pengobatan, walaupun penisnya dapat berkembang, tetapi testisnya tidak dapat berkembang. Pengobatannya juga seumur hidup agar fungsi seksualnya normal atau mendekati normal.

Maka iklan bohong yang menawarkan “membesarkan penis” atau “menambah ukuran penis”, apalagi dilakukan oleh orang yang tidak mengerti ilmu Kedokteran, pastilah dengan cara tidak sehat, bahkan merusak penis yang tak bersalah itu.

Korban yang datang minggu lalu itu, jelas korban suntikan silikon, terlihat pada kerusakan bentuk penisnya.

Ada pula korban yang mengaku diurut dengan minyak, tetapi terasa sakit dengan mata ditutup kain. Hasilnya si penis bengkak besar, yang saya yakin itu juga suntikan silikon atau bahan dicampur silikon.

Ada pula yang penisnya dibungkus dengan ramuan “daun bungkus”, yang katanya dari Papua. Apa yang terjadi? Si penis membesar karena infeksi akibat dibungkus ramuan daun yang menusuk-nusuk kulit penis.

Bagi siapa pun yang ingin menyaksikan penis rusak akibat iklan bohong itu, saya bersedia menunjukkan fotonya.

Satu lagi yang cukup mengganggu banyak pria, yaitu penjualan bebas termasuk melalui online, “kopi kejantanan” yang katanya dapat membantu terjadinya ereksi.

Bagi orang yang tidak mengerti, dengan mudahnya mereka tertipu dan beranggapan “toh kopi aman diminum”. Tetapi bagi yang mengerti, pasti tidak ada kopi yang berkhasiat seperti itu.

Yang ada ialah kopi yang dicampur bahan obat keras. Obat keras ini seharusnya digunakan hanya sesuai permintaan dokter. Tentu dokter yang memang mengerti.

Saya harapkan para dokter tidak bosan memberikan penjelasan kepada masyarakat luas agar tidak tertipu iklan “kejantanan” seperti itu.

Kepada pihak terkait saya harap berani melakukan tindakan tegas agar tidak semakin banyak masyarakat yang menjadi korban iklan jahat itu.

Membiarkan mereka melakukan praktek bohong sama saja dengan membiarkan kejahatan. Apalagi kalau mendukung iklan bohong dan jahat seperti itu. Salam sehat dan pintar!

Wimpie Pangkahila, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com