Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/11/2019, 18:00 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kita semua umumnya sudah tahu bahwa polusi udara berdampak pada kesehatan pernafasan.

Namun, sebuah studi terbaru menemukan daerah-daerah berpolusi kerap dikaitkan dengan kecenderungan perkembangan glaukoma dalam satu lingkungan.

Glaukoma adalah kondisi di mana terjadi kerusakan syaraf optik yang berkaitan dengan kesehatan pengelihatan.

Riset yang dipublikasikan jurnal Investigative Ophthalmology & Visual Science menganalisa data dari 111.370 partisipan dari kelompok studi Biobank Inggris.

Partisipan diminta melakukan tes pengelihatan dan ditanyakan apakah mereka memiliki glaukoma.

Baca juga: Bagaimana Cara Menghilangkan Kerutan di Bawah Mata?

Tes pengelihatan juga dilakukan untuk mengukur tekanan intraokular dan ketebalan pusat retina, yang mana keduanya berdampak pada glaukoma.

Tak lupa, partisipan juga diminta menyebutkan alamat tempat tinggal mereka, dan para peneliti melihat tingkat polusi di daerah tersebut.

Hal itu dilihat dengan cara fokus pada partikel halus secara spesifik dan tipe polusi udara dalam bentuk partikel aerosol atmosfer.

Hasilnya, ketika tes glaukoma dan tingkat partikel di area tempat tinggal dibandingkan, ternyata ditemukan satu keterkaitan yang kuat.

Data menunjukkan, mereka yang tinggal di daerah paling berpolusi memiliki risiko menderita glaukoma enam persen lebih tinggi.

Tak hanya itu, mereka secara signifikan berisiko lebih besar memiliki retina lebih tipis.

Retina yang lebih tipis merupakan perubahan umum yang terlihat pada perkembangan glaukoma.

Jadi, apakah partikel polusi tersebut merusak mata?

Salah satu penulis studi, Dr. Sharon Chua dari Institute of Ophthalmology and Moorfields Eye Hospital menjelaskan, polusi udara bisa jadi berkontribusi terhadap glaukoma karena penyempitan pembuluh darah.

Baca juga: Dokter Tegaskan Kacamata Terapi Ion Tak Bisa Atasi Gangguan Mata

Ini berkaitan dengan efek polusi udara terhadap peningkatan risiko masalah jantung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com