Rokok menjadi kebanggaan remaja untuk bisa ‘naik kelas’ disebut dewasa muda. Tidak berlebihan jika American Journal of Public Health pernah merilis studi yang menyebutkan, bahwa remaja perokok berpeluang tujuh kali lipat menjadi pemakai marijuana di kemudian hari.
Tabalong adalah kabupaten dengan pengungkapan dan penangkapan pemakai narkoba nomor 2 se-Kalimatan Selatan, dan nomer 4 tertinggi se-Indonesia.
Yang ditangkap memang tidak memiliki berkilo-kilo narkoba, hitungannya paling gram – sebab mereka bukan pengedar, tapi anak-anak muda pemakai yang dirusak pelan-pelan.
Stunting di pelosok yang rawan narkoba dan tingkat edukasinya rendah, membuat negri ini amat riskan.
Bisa jadi mereka yang terjerat narkoba adalah gambaran saat ini dari jejak stunting mereka di masa lalu.
Baca juga: Menuntut Ilmu Sampai ke Negeri China
Anak-anak stunting tidak akan mempunyai kecerdasan cukup, membuat mereka rentan di-bully dan mencari definisi ‘bangga diri’ dengan cara-cara yang tidak membanggakan.
Fakta yang terjadi di Tabalong memang demikian. Tekanan sosial dari senior, kebutuhan untuk bisa ‘dianggap sebagai bagian’ dari komunitas akhirnya membuat mereka jadi pecandu paksaan, tanpa niatan.
Lingkaran setan ini akan terus berputar dan kian mengerikan bila tidak ada upaya memutuskan rantai perjalanannya.
Yang bisa memahami di atas bukanlah ahli-ahli klinis, melainkan para pakar, pekerja yang selama ini bergerak di komunitas kesehatan masyarakat.
Ilmu yang urgent dan amat relevan saat ini adalah keterampilan berkomunikasi, mengatasi hambatan-hambatan gizi sekaligus ‘teknisi rekonstruksi sosial’ yang efektif menjadi daya dongkrak dan dorong untuk kelompok masyarakat rentan keluar dari neraka gaya hidupnya.
Upaya lintas sektoral menemui kerap menemui jalan buntu jika seorang dokter berjas putih yang sehari-hari analisanya sebatas hasil lab individu per pasien, harus bernegosiasi dengan pejabat yang bicara pendapatan daerah, peningkatan ekonomi usaha kecil, sementara cakupan ASI eksklusif rendah, Inisiasi Menyusu Dini tidak berjalan, serta ibu-ibu lebih memilih Makanan Pendamping ASI kemasan yang praktis.
Baca juga: Ketika Tips Kesehatan Berujung Pembodohan