Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 03/12/2019, 19:07 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Camilan menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat, termasuk masyarakat Indonesia.

Tahukah kamu bahwa secara global, tren ngemil juga menunjukkan peningkatan, lho.

Mondelez International melakukan survei tren 'ngemil' di Indonesia dan 11 negara lainnya.

Salah satu hasil survei mengungkapkan, bahwa orang Indonesia ternyata lebih sering mengonsumsi camilan daripada makan berat. Rata-rata konsumsi camilan harian mencapai hampir tiga kali sehari, sementara makanan berat hanya 2,51 kali.

President Director Mondelez Indonesia, Sachin Prasad menyebutkan, angka ini lebih besar daripada rata-rata global.

Baca juga: Ngemil Bisa Jadi Cara Efektif Redakan Stres

Secara global, rata-rata konsumsi camilan hanya 2,26 kali.

"Secara global, Indonesia lebih berorientasi pada camilan," kata Sachin dalam paparannya di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019).

Nah, mengapa banyak masyarakat Indonesia lebih menggemari camilan ketimbang makan besar?

Survei tersebut mengungkapkan bahwa orang Indonesia bergantung pada camilan untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan mental maupun emosional. Berikut rinciannya:

1. Untuk meningkatkan mood (93 persen).

2. Untuk menemukan momen tenang untuk diri sendiri atau "me time" (91 persen).

3. Untuk mendapatkan rasa nyaman (91 persen).

4. Untuk memanjakan diri atau menghadiahi diri sendiri (90 persen).

5. Untuk beristirahat, menenangkan diri atau menghilangkan kegelisahan (90 persen).

6. Untuk merasa terhubung dengan orang lain (86 persen).

7. Untuk tetap merasa berenergi (86 persen), dan lainnya.

Baca juga: Ngemil di Kantor Gampang Bikin Gemuk, Simak Penjelasannya

Dari hasil tersebut, kata Sachin, ditemukan bahwa alasan orang Indonesia ngemil lebih kepada alasan emosional ketimbang fungsional.

Adapun alasan fungsional, misalnya kemampuan camilan manis menambah energi, dan lainnya.

"Ada banyak alasan untuk orang Indonesia ngemil. Alasannya lebih ke emosional daripada fungsional," ucapnya.

Food blogger Windy Iwandy, President Director Mondelez Indonesia Sachin Prasad dan sosiolog Dr. Erna Ermawati Chotim, M. Si (paling kiri ke kanan) dalam acara peluncuran riset The State of Snacking di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019).KOMPAS.com/Nabilla Tashandra Food blogger Windy Iwandy, President Director Mondelez Indonesia Sachin Prasad dan sosiolog Dr. Erna Ermawati Chotim, M. Si (paling kiri ke kanan) dalam acara peluncuran riset The State of Snacking di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (3/12/2019).
Ngemil adalah tradisi

Kegemaran masyarakat Indonesia dengan kegiatan ngemil rupanya bukan suatu hal yang baru terjadi dalam beberapa tahun terakhir, melainkan sudah menjadi tradisi masyarakat Indonesia sejak lama.

Sosiolog dari Universitas Nasional, Dr. Erna Ermawati Chotim, M. Si menjelaskan, tradisi ngemil di Indonesia dibuktikan salah satunya dengan adanya camilan khas dan unik di setiap daerah di Indonesia.

Meski begitu, kebiasaan camilan tidak menggantikan peran makan berat. Hal yang berubah hanya dari segi variasi cemilan.

Ini, kata Erna, tak terlepas dari modernisasi masyarakat yang lebih produktif dan punya mobilitas tinggi.

"Dalam konteks masyarakat modern yang paling mungkin adalah sesuatu yang mudah dibawa, dapat ditaruh di tas, mudah dikonsumsi juga," kata Erna.

Baca juga: Waspadai, 5 Risiko Hobi Ngemil di Malam Hari

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com