Nah, sekarang ketika tren fixie menguap, Indonesia kini sedang mengalami demam sepeda lipat. Salah satu merek yang memiliki kelas tersendiri adalah Brompton.
Sepeda buatan tangan yang hanya diproduksi di Inggris itu menjadi pilihan para pesepeda "berduit" di kota-kota besar Indonesia.
Sebagai gambaran, varian termurah yang dijual di salah satu toko sepeda di kawasan Senayan, Jakarta-misalnya, sudah menyentuh harga Rp 28 juta, untuk spesifikasi menengah.
"Stoknya kosong, Pak, habis terus. Itu barusan ada yang cancel, trus bapak itu lihat langsung dibayar, harga yang itu Rp 32 juta," ujar salah satu penjaga toko One Bike di STC Senayan, beberapa waktu lalu.
Kini kehebohan "demam Brompton" seperti memuncak, ketika merek itu disebut bersama suku cadang motor Harley Davidson sebagai barang yang diselundupkan dalam pesawat Garuda Indonesia.
Baca juga: Brompton Explore, Sepeda Mahal yang Sandung Dirut Garuda
Dua unit sepeda Brompton yang ada di dalam pesawat itu adalah edisi spesial, yang harga pasarannya di Indonesia mencapai Rp 49 juta-Rp 60 juta, bahkan lebih.
Di negara asalnya, sepeda ini dibanderol sekitar Rp 30 juta. Dalih biaya pengiriman dan sejenisnya diyakini membuat harga itu membengkak saat sampai di Jakarta.
Meski begitu, pasar Indonesia tetap mampu menyerapnya. Pasokan yang minim dan permintaan yang tinggi membuat pedagang leluasa memasang harga, dan tetap laris manis.
Harga yang tinggi tentu lazimnya menawarkan keunggulan. Lantas bagaimana dengan Brompton?
Pengusaha muda asal Jakarta, Krisna Sudiro, mengatakan, keistimewaan Brompton yang dia rasakan sejak menggunakannya pada tahun 2012 adalah soal lipatan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.