"Banyak sepeda lipet, gue juga pernah pake yang lain ya, tapi yang lipetannya paling sempurna ya Brompton, ringkes, enteng, enak dibawa ke mana-mana," kata dia.
Krisna mengaku tidak membeli Brompton buat bergaya. "Gue beli sejak tahun 2012, waktu itu belom banyak yang pake," kata dia.
"Gue saat itu mikir, gue butuh sepeda yang bisa dilipet dan gampang dimasukin mobil. Karena waktu itu gue belom bisa sepedahan jauh kan," sebut dia.
Baca juga: Ini Penampakan Harley Davidson dan Brompton Ilegal di Pesawat Garuda
Pengakuan senada diungkapkan, Dhani Pattinggi, seorang partner di firma hukum Hiswara Bunjamin & Tandjung, Jakarta.
"Saya beli sepeda Brompton sejak awal tahun 2018," kata lelaki berusia 43 tahun ini.
"Alasannya simpel saja, di umur yang semakin 'dewasa', saya sadar akan perlunya olahraga yang dapat membuat badan fresh mengingat 'kurang sehatnya aktivitas pekerjaan sehari-hari'," sambung dia.
Untuk kebutuhan itu, Dhani merasa Brompton adalah pilihan tepat. Sepeda ini dirasa sangat praktis untuk dilipat dan dijinjing.
"Salah satu filosofi Brompton adalah 'one way cycling' - jadi kalo kita udah mencapai target jarak yang ingin ditempuh, misalnya 20-30 kilometer, saya tinggal lipet sepedanya, dan panggil taksi untuk pulang ke rumah," kata Dhani sambil tertawa.
Tentang kenyamanan memakai Brompton, Dhani berpendapat, sepeda Inggris ini sebenarnya tak jauh berbeda dengan folding bike lain.
"Menurut saya, tidak jauh berbeda. Tetapi, satu hal yang menjadi keunggulan Brompton, sepeda ini sangat simpel pada saat dilipet dan dijinjing dan tidak terlalu berat," kata penguna Brompton seri M6LA Black Titanium ini.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.