Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pencipta Minyak Kutus Kutus Tak Mau Produknya Dianggap Obat

Kompas.com - 07/12/2019, 09:27 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com – Dibuat dari ramuan rempah dan herbal, minyak Kutus-Kutus yang kini populer, sering dianggap sebagai obat untuk segala keluhan bagi pelanggannya. Selain untuk mengatasi pegal dan masuk angin, minyak ini juga dianggap bisa menjadi obat kuat pria.

Meski demikian, pencipta minyak Kutus-Kutus, Servasius Bambang Pranoto, menganggap produk buatannya ini bukan obat, melainkan untuk pelancar energi dalam tubuh.

“Minyak ini bukan menyembuhkan penyakitnya. Seperti dasar pembuatannya yang terinspirasi pohon kehidupan yang aliran dari akar lancar, minyak ini juga untuk melancarkan energi dari dalam tubuh,” jelas Bambang ketika berbincang dengan Kompas.com di Jakarta (4/12).

Pemakaian minyak ini, lanjut Bambang, disarankan di balurkan di bagian punggung. Menurutnya, ini adalah jalan tol bagi energi tersebut.

“Kutus-Kutus membantu melancarkan energi, membangkitkan kekuatan tubuh untuk menyembuhkan dirinya. Jadi kesembuhannya bukan dari Kutus-Kutus,” katanya.

Menurut dia, jika energi tidak lancar, maka akan muncul berbagai keluhan, yang sederhana seperti pegal atau masuk angin, hingga gangguan kolik pada bayi. Karena itu kita perlu bersinergi dengan alam.

“Minyak ini bisa membantu mengatasi keluhan akibat energi tak lancar, kecuali kalau penyakitnya berasal dari luar tubuh, seperti infeksi virus atau bakteri,” kata pria yang pernah menduduki puncak karier di perusahaan komunikasi asing ini.

Ketika kakinya yang hampir lumpuh dipulihkan oleh minyak ini, Bambang pun menganggap hal itu terjadi karena energinya lebih lancar sehingga proses pemulihan lebih cepat.

“Begitu energinya lancar, pemulihannya jadi cepat,” katanya.

Produk minyak Kutus-Kutus yang diciptakan oleh Servasius Bambang Pranoto.Kompas.com/Lusia Kus Anna Produk minyak Kutus-Kutus yang diciptakan oleh Servasius Bambang Pranoto.

Ramuan herbal

Potensi jamu dan herbal sebagai bagian dari pengobatan tradisional di Indonesia amatlah besar. Data Riset Kesehatan Dasar 2010 menunjukkan, 59,12 persen penduduk Indonesia di atas usia 15 tahun minum jamu. Tahun 2013, ada 30,4 persen rumah tangga memilih layanan kesehatan tradisional ketika kesehatannya terganggu.

Data lain dari Badan Pusat Statistik menyebutkan, tahun 2014, jumlah penduduk sakit yang menggunakan obat tradisional 20,99 persen, sementara yang menggunakan obat modern 90,54 persen dan obat-obatan lain 4,06 persen. Artinya, sebagian penduduk Indonesia menggunakan obat tradisional seiring obat modern.

Tak heran jika minyak Kutus-Kutus laris di pasaran dan dipercaya bisa memelihara kesehatanpenggunanya.

Minyak kutus-kutus pada dasarnya merupakan minyak balur yang terbuat dari campuran 49 macam rempah. Bahan baku minyak ini juga pada awalnya diambil dari dapur dan pekarangan sekitar rumah Bambang di Kabupaten Gianyar, Bali.

“Pada awal membuat minyak ini saya juga cek ke LIPI dan ternyata semua herbal ini sudah pernah diteliti, sehingga memang ini bahan-bahan yang baik. Garis merahnya, bahan-bahannya ini kebanyakan bumbu dan aman dimakan. Jadi racunnya rendah. Makin yakin saya untuk membuat,” kata Bambang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com