Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 08/12/2019, 20:54 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

Sumber smh.com.au

KOMPAS.com - Jika kamu sudah hidup atau tumbuh besar di era 1980an, nama label busana asal Australia, JAG, mungkin terdengar tidak asing.

Sempat menghilang beberapa waktu dari pasar, JAG kini kembali dengan citra yang lebih kekinian.

Beberapa supermodel muda asal negeri kangguru digaet untuk ambil bagian dalam kampanye terbaru JAG. Ada Shanina Shaik, Jordan Barrett, Montana Cox, Tom Bull, hingga Gemma Ward.

Tampilan baru koleksi mereka tampak segar, kental dengan citra outdoor dan awet muda.

Nilai-nilai ini dituangkan dalam pilihan jenis pakaian, seperti jumpsuit denim dan logo t-shirt 'belel' yang sering dikaitkan dengan label ini.

Baca juga: Australis, Make Up Ramah Lingkungan dari Australia Hadir di Indonesia

Menghidupkan kembali label yang sudah lama tidak aktif bukanlah hal mudah. Hal itu diakui oleh Direktur Kreatif Elisha Hopkinson.

Citra label yang dibeli oleh Apparel Group dari Fusion Retail Brands di 2013 ini mungkin sudah melekat pada generasi 80an.

Namun, mereka sadar perlu bergerak maju untuk bisa lebih relevan dengan zaman.

"Hal pertama yang ingin kulihat adalah melihat kembali sejarah untuk mengetahui apa yang diketahui dari merek ini dan tentang pilar-pilarnya."

"JAG menawarkan denim yang sangat pas dan kasual, seperti apa yang dimaksud pakaian kasual hari ini dan apa yang dicari pelanggan," ucap dia.

Posisi JAG saat ini juga perlu ditegaskan kembali, di mana riset internal menyebutkan ada beberapa kompetitor pakaian harian mewah.

Merek tersebut antara lain Bassike dan Jac & Jack, serta barang pasar seperti Seed dan Country Road.

Baca juga: Dari Australia ke Kenya, Masker Tea Tree untuk Mengatasi Jerawat

Hopkinson juga menyadari bahwa merek yang ada di abad 21 perlu menunjukkan komitmen kuat pada masalah keberlangsungan dan keberagaman.

"Kuncinya adalah bekerja dengan slogan 'perusahaan (yang bekerja) dengan hati nurani'," kata Hopkinson.

"Kami mungkin belum berada dalam posisi yang kami inginkan, tapi kami ingin membuat keputusan yang lebih memiliki dampak positif," kata dia.

Selain membangun citra muda serta memperkuat komitmen terhadap masalah keberlangsungan dan keberagaman, perubahan besar lainnya adalah mengganti ukuran pakaian.

Ukuran pakaian yang sebelumnya menggunakan sistem numerik kini menjadi alfanumerik, yaitu S, M, L.

Menurut mereka, ukuran pakaian dengan sistem numerik lebih terkesan eksklusif dan menakutkan bagi beberapa pelanggan.

"Kami ingin pelanggan memilih apa yang mereka suka, bukan terperangkap dengan nomor-nomor," ujar Hopkinson.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber smh.com.au
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com