Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kembangkan Bisnis, Toko Online Juga Butuh Gerai Penjualan Offline

Kompas.com - 09/12/2019, 15:55 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Di tengah meledaknya e-commerce dan toko online, pembelanjaan berbasis offline tidak akan hilang dan tetap memegang peranan penting dalam keputusan belanja konsumen.

CEO Kotoko, Cynthia Krisanti, mengatakan bahwa di negara-negara maju saat ini trennya adalah toko online justru membuka toko offline.

“Justru sekarang banyak yang membuka toko offline, tapi bukan untuk penjualan. Konsumen butuh tetap memegang langsung produk yang akan dibelinya,” kata Cynthia di sela acara pembukaan toko ritel Kotoko pertama di Plaza Indonesia Jakarta (7/12).

Walau begitu, menurut Cynthia, bagi brand-brand kecil tak mudah mendapatkan tempat di mal karena faktor biaya.

Kotoko, sebuah perusahaan rintisan yang menawarkan menawarkan solusi ritel berbasis omnichanel, memberikan akses offline pada brand independen di lokasi yang strategis dan terjangkau.

“Toko omnichanel pertama kami di Plaza Indonesia, tempat ini kami pilih karena citra mal ini sebagai mal yang premium sehingga kami berharap Kotoko dan brand-brand yang ada di toko ini juga bisa dianggap sebagai brand yang bagus,” ujarnya.

Dalam dua tahun ke depan, Kotoko berencana membuka beberapa toko lagi di lima kota besar di Indonesia.

Setiap brand yang bergabung akan dikurasi dan disesuaikan dengan pasar yang ada di mal tersebut.

Di Plaza Indonesia, ada 16 brand fashion yang telah bergabung dengan Kotoko. Dengan harga yang relatif masih terjangkau, menurut Cynthia, Kotoko memang menargetkan para pekerja di perkantoran sekitar mal ini.

“Biasanya mereka masih generasi milenial yang daya belinya belum masuk ke brand-brand premium yang ada di Plaza Indonesia. Jadi kami mengisi kekosongan itu,” paparnya.

Model memakai beberapa busana dari brand yang bergabung di Kotoko Plaza Indonesia.Kompas.com/Lusia Kus Anna Model memakai beberapa busana dari brand yang bergabung di Kotoko Plaza Indonesia.

Setiap brand di Kotoko hanya memamerkan beberapa koleksinya, karena terbatasnya tempat. Meski begitu, menurut Cynthia, konsumen bisa melakukan berbagai chanel untuk berbelanja, baik online atau offline.

“Jadi kalau dia datang ke toko lalu barangnya tidak ada, tetap bisa melakukan pemesanan di sini,” imbuhnya.

Selain menawarkan tempat di toko offline, Kotoko juga memberikan insight bagi brand tentang perilaku atau kebiasaan berbelanja konsumen.

“Semua berdasarkan data, karena semuanya berbasis teknologi. Ini yang membedakan Kotoko dengan ritel sejenis,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com