KOMPAS.com - Kesendirian adalah emosi alamiah yang dirasakan manusia. Sudah banyak syair, puisi, hingga novel, yang inspirasinya berangkat dari sebuah rasa keterasingan kronis manusia.
Lebih dari sekadar sebuah perasaan, kesepian kini dianggap sebagai momok, kondisi yang harus diperlakukan seperti penyakit menular dan mematikan.
Menurut sebuah literatur, kurang memiliki interaksi sosial dianggap lebih berbahaya daripada menghisap 15 batang rokok sehari dan lebih mematikan daripada obesitas.
Jadi masuk akal bagaimana perasaan sendiri dapat diterjemahkan ke dalam penyakit fisik.
Manusia adalah makhluk sosial, selayaknya makhluk sosial, manusia harus saling membantu dan terhubung untuk melakukan sesuatu. Manusia akan survive jika bersama-sama, berada dalam kelompok. Meski begitu, kita tak akan benar-benar mati kelaparan jika tak punya kelompok.
Kesepian merujuk pada ketidakmampuan untuk melakukan kontak dan komunikasi dengan orang lain sehingga muncul perasaan tidak enak.
Terisolasi secara sosial, akan menyakiti emosional dan psikologis, dan akhirnya menimbulkan gejala secara fisik.
Kesepian atau tak mampu menjalin komunikasi dalam jangka panjang (lebih dari dua minggu) dikaitkan dengan tekanan darah tinggi, depresi, penyakit jantung, dan stroke, di antara kondisi-kondisi lain, termasuk penyakit Alzheimer.
Lebih dari sekadar sendirian, efek negatif itu tampaknya disebabkan oleh peningkatan peradangan secara berlebihan.
“Orang menganggap hubungan mereka terkait dengan kesejahteraan emosional saja, terkadang mereka tidak mengenali efek mendalam yang dimiliki terhadap kesehatan fisik,” kata profesor psikologi Julianne Holt-Lunstad, Ph.D.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.