JAKARTA. KOMPAS.com - Kita semua mungkin sudah tahu bahwa polusi udara memberikan dampak buruk bagi kesehatan, seperti pada kulit dan organ pernafasan.
Namun, polusi udara ternyata juga bisa berdampak pada kesehatan mental, lho. Apa sebabnya?
Psikolog klinis Veronica Adesla, M.Psi menjelaskan, ada beberapa jenis stres yang dialami oleh manusia. Tidak hanya stres yang berasal dari masalah sehari-hari, tetapi ada juga stres karena faktor lingkungan negatif yang berlangsung konstan dan terus menerus.
Vero menyebutkan hasil penelitian yang dilakukan di Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat. Penelitian tersebut mengaitkan polusi dengan stres.
Salah satunya menyebutkan bahwa paparan polusi udara yang tinggi saat usia bayi hingga anak-anak, menyebabkan peningkatan kecemasan dan depresi ketika memasuki usia 12 tahun.
Penelitian lainnya menemukan bahwa paparan polusi udara yang tinggi pada remaja dan dewasa muda membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan kecemasan, bahkan periaku bunuh diri.
Baca juga: Ini 7 Inisiatif Pemprov DKI Jakarta Agar Polusi Udara Jakarta Segera Teratasi
"Polusi bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental dan menyebabkan stres. Kalau udara begitu kotor, pernafasan sesak, belum lagi dampak terhadap kulit."
"Mau tidak mau kita hadapi tapi kita merasa tidak berdaya. Itu membuat stres," ucap Vero dalam acara diskusi bersama Ariston di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (10/12/2019).
Ada beberapa indikator stres yang perlu dikenali, di antaranya:
1. Indikator kognitif: masalah memori, sulit konsentrasi dan kerap berpikir negatif.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.