KOMPAS.com - Provinsi Jambi memiliki banyak produk unggulan, antara lain pinang, kepala bulat, cangkang sawit, karet, dan kayu olahan.
Produk-produk tersebut bahkan diekspor ke luar negeri. Namun sayangnya, sebagian produk diekspor dalam bentuk bahan mentah.
Seperti pelepah pinang. Padahal dari data yang dimiliki Institut Teknologi Bandung (ITB), tanaman pinang di Jambi mencapai 17.000 hektare.
Video: Lukisan Indah dari Pelepah Pisang
“Dulu, pelepah pinang di Jambi dibuang begitu saja. Kalau nggak, dibakar,” ujar staf ITB Jaenal Arifin kepada Kompas.com di Bandung, Kamis (12/12/2019) kemarin.
Pelepah pinang merupakan bagian dari pohon pinang. Biasanya pelepah ini melindungi bagian dalam pohon pinang.
Setelah kering, pelepah pinang ini akan jatuh dengan sendirinya. Pelepah pinang inilah yang dibakar oleh warga.
Hingga suatu hari, sejumlah UKM di Jambi mengetahui, ada negara yang membutuhkan pelepah pinang. Mereka akhirnya mengekspor pelepah pinang ke India dalam bentuk mentah.
Di sisi lain, Indonesia tengah bermasalah dengan sampah. Banyak sampah yang dibuang begitu saja padahal masih bisa diolah.
Melihat pelepah pinang yang belum termanfaatkan maksimal, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Desain Produk ITB menginisiasi pembuatan produk.
Produk tersebut dinamai piring pelepah pinang. Cara kerjanya, pinang yang dibeli dari petani dibersihkan.
Karena pelepah pinang dari petani sangat kering, pelepah dicelup ke dalam air kemudian dimasukkan ke dalam mesin untuk di-press tiga menit dengan suhu 130 derajat.
“Bisa juga hanya 1-2 menit, tinggal dinaikkan suhunya. Mesin inilah yang dibuat ITB,” ungkap Jaenal.
Setelah di-press, piring sudah langsung terbentuk dan terlepas dari mesin. Satu lembar pelepah pinang bisa dibuat 3-4 piring.
Baca juga: Inovasi Antiseptik Pelepah Pisang Mahasiswa Undip
“Harga pelepah pinangnya dari petani Rp 400 per lembar. Jadi potensi bisnisnya besar,” tutur dia.