SINGAPURA, KOMPAS.com - Sore itu, dalam gedung yang dibasahi gerimis, seorang pemuda bernama Dave Tai memandang mesin ketik kuno di hadapannya sambil merenung. Ia menengadah sebentar melihat sekeliling, lalu memainkan jari-jarinya untuk menuliskan puisi pendek ala Jepang, haiku.
Dave membuat haiku untuk setiap orang yang memintanya. Ia menanyakan nama, hobi, atau hal-hal yang menginspirasi orang di hadapannya, lalu merangkai jawaban-jawaban itu menjadi puisi sederhana yang indah dan penuh arti.
Dave menggubah puisi-puisi tersebut dalam acara preview koleksi Spring Summer 2020 sepatu Clarks di Singapura. Yang dilakukannya, entah sengaja atau tidak, menggambarkan filosofi Clarks.
Mesin ketik kuno yang digunakan, puisi yang simpel, kata-kata yang indah dan personal bagi setiap orang, seolah mewakili sepatu Clarks yang klasik, simpel, indah, dan cocok digunakan semua orang dengan kepribadian masing-masing.
Dan tahukah kamu, inovasi ternyata bukan barang baru di Clarks. Brand asal Somerset, Inggris ini adalah yang pertama kali membuat sepatu sesuai bentuk kaki. Awalnya sepatu-sepatu yang ada, tidak mempunyai lekuk menyerupai kaki, jadi lempeng saja.
Clarks juga yang pertama memperkenalkan bantalan dalam sepatu agar nyaman dipakai, jauh sebelum brand-brand sneakers masa kini lahir.
Kelahiran Clarks
Tahun 1825, Cyrus lepas kongsi dan membuat usaha sendiri yaitu menjual karpet kulit domba dan membuka toko di High Street. Karpet yang dijualnya memberi kehangatan di kaki karena masih dilengkapi bulu-bulu domba.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.