Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Tahan Ingin Terus Belanja Online? Awas Kecanduan

Kompas.com - 24/12/2019, 11:59 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

Meski dorongan untuk berbelanja itu menyenangkan, bahkan euforia, namun efek setelahnya dapat melemahkan.

Setelah melakukan pembelian, seringkali diikuti oleh konsekuensi negatif, termasuk perasaan bersalah, penyesalan, atau rasa malu.

Dalam jangka panjang, itu dapat membuat pertentangan besar dengan pasangan, selain tentunya merusak keuangan.

BSD sebenarnya berbeda dengan belanja berlebihan overshopping yang kadangkala juga kita alami. Menurut direktur Klinik Kelainan Kontrol Impuls Elias Aboujaoude, perbedaannya adalah efek kesehatan mental dari kebiasaan berbelanja dan bagaimana hal itu memengaruhi hidup untuk jangka panjang.

Baca juga: Harbolnas, Kenali 4 Pola Gelap dalam Situs Belanja Online

Situs belanja memperburuk

Belanja kompulsif bukanlah masalah baru. Masalah ini sudah ada lebih dari 100 tahun yang lalu ketika psikiater Jerman, Emil Kraepelin pertama kali mendefinisikan ini sebagai “membeli mania”.

Sejak itu jutaan orang, termasuk selebriti seperti Jackie Kennedy dan William Randolph Hearst dilaporkan telah terjangkit belanja kompulsif.

Menurut Aboujaoude, ketika internet pertama kali muncul, orang berpikir itu akan membantu pasien BSD karena menganggap membeli secara online akan melindungi pasien dari semua gimik pemasaran di dalam toko dan peluang berburu barang murah.

“Pemasaran online jauh lebih canggih dan ditargetkan secara mikro. Dengan adanya belanja online, Anda dapat berbelanja sepanjang waktu sehingga hal ini membuatnya lebih sulit untuk dikendalikan,” kata Aboujaoude.

Selain kenyamanan karena dapat belanja dengan satu klik, penelitian menunjukkan bahwa jauh lebih mudah untuk menghabiskan uang virtual daripada uang tunai secara fisik.

Satu studi menemukan, orang membuat pengeluaran 100 persen lebih banyak ketika menggunakan kredit daripada uang tunai.

Baca juga: Agar Tak Boros, Simak Tips Menggunakan Dompet Digital

Beberapa peneliti menghubungkan ini dengan konsep yang disebut coupling atau seberapa banyak pembelian secara langsung terkait dengan pembayaran.

Ketika kita membayar dengan uang tunai, kita segera tahu berapa biaya sesuatu dan langsung menggabungkan lembaran uangnya. Sedangkan dengan kartu kredit, ada waktu terputus antara pembelian Anda dan pembayaran itu sendiri.

"Kapan pun Anda ketika membeli sesuatu dengan satu klik, jarak antara Anda dan uang Anda jauh lebih besar sehingga Anda tidak sadar," kata April Benson, seorang psikolog yang berbasis di New York yang berspesialisasi dalam overshopping.

Menurut Müller, semua faktor pemasaran ini, mulai dari kecepatan belanja online, pilihan luas, penargetan yang besar, hingga sistem pembayaran yang mudah; membuat kecanduan otak dan menghasilkan gangguan BSD yang lebih parah.

ilustrasi uang digitalShutterstock ilustrasi uang digital

Cara mengatasi BSD

Donald Black, seorang profesor psikiatri di University of Iowa yang telah banyak meneliti perilaku belanja kompulsif merekomendasikan beberapa tips untuk orang-orang yang ingin mengetahui kebiasaan belanja mereka.

Pertama, singkirkan kartu kredit atau buku cek karena menjadi pemicu belanja kompulsif.

Dalam fenomena ini, penggunaan uang tunai akan lebih mudah untuk menjaga pengeluaran Anda sehingga dapat terkendali.

Selanjutnya, hindari berbelanja sendirian. Kebanyakan orang cenderung tidak akan berbelanja secara kompulsif ketika mereka bersama orang lain, kata Black.

Ia juga merekomendasikan untuk mengganti kegiatan belanja menjadi hiburan yang dapat menghabiskan waktu atau aktivitas lain yang lebih bermakna dan lebih murah.

Baca juga: Biaya Makan Anda Boros atau Tidak? Ini Cirinya

Cobalah jalan-jalan, bergabung dengan komunitas kebugaran, menjadi volunteer, atau mencoba membuat kerajinan kreatif baru. Semua kegiatan ini telah terbukti dapat meningkatkan kesehatan mental.

Benson, penasihat orang-orang dengan masalah kecanduan belanja, memberi tahu pasiennya untuk menuliskan semua yang mereka habiskan setiap hari dan menilai setiap item berdasarkan seberapa penting mereka menganggapnya.

Tujuan dari kegiatan ini adalah mengajari orang-orang berapa banyak uang yang bisa mereka tabung jika mereka hanya membeli barang-barang yang diperlukan.

"Desakan untuk berbelanja pada akhirnya akan menghilang, terutama jika Anda tidak terus memberinya peluang", kata Benson.

Dia menambahkan bahwa Anda perlu mengambil beberapa langkah nyata untuk membuat kemajuan dan mengatasi apa yang bisa menjadi gangguan sehingga mudah untuk melumpuhkan kebiasaan tersebut.

(Renna Yavin)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com