KOMPAS.com - Cukup banyak ibu-ibu muda belakangan ini yang ‘niat banget’ turun ke dapur uji nyali masak untuk keluarga. Hal yang patut dihargai dan disyukuri.
Mulai dari proses belanja, mengolah di atas kompor hingga menyajikan ala chef ramai dipamerkan dalam berbagai media sosial.
Tak punya resep bukan soal – karena dengan mengetik ‘soto ayam’ saja di laman pencari – langsung terpampang ratusan sumber resep soto yang mengaku paling enak dan super praktis dari berbagai sumber.
Tak terkecuali, banyak pasien saya yang dengan bangga menunjukkan jurnal makanan keluarga yang dimasaknya sendiri, yang menurut mereka sudah amat sehat dan ‘sesuai kaidah’ gizi seimbang. Tentu saja: anti micin, kata mereka.
Baca juga: Keluarga Malfungsi, Bangsa Malnutrisi
Tapi begitu ‘dibongkar’ satu per satu, walaupun tanpa nada menghakimi apalagi mengkritik, ternyata sajian-sajian rumahan itu belum layak disebut sehat.
Banyak ibu-ibu muda berusaha meniru makanan restoran, yang diandaikan mereka sebagai menu andalan, dijamin habis ludes dimakan suami dan anak-anak.
Maka muncullah berbagai ‘judul’ makanan seperti chicken terriyaki, grilled salmon, sapo tofu, beef bulgogi, tuna kimbab, crispy chicken strips, dan jika sudah mentok disebutlah tumis kailan saus tiram.
Saya hanya bisa menahan napas. Salah satu niatan pekerjaan rumah libur akhir tahun ini rasanya saya perlu membuat papan khusus yang berisi tempelan semua label botol dan bumbu kemasan, beserta penjelasannya.
Generasi milenial tak terelakkan terpapar dengan berbagai makanan internasional, tentu saja.