Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Bumbu Baru Itu Bernama Penyedap dan Aneka Kecap

Kompas.com - 25/12/2019, 12:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Tapi yang celaka, mereka tidak paham bahwa berbagai menu khas suatu bangsa juga punya asal usul yang otentik.

Sebutlah kecap fermentasi khas Jepang atau Korea, yang awal mulanya dibuat dalam gentong-gentong besar, disimpan bahkan hingga tahunan lamanya – sekaligus menentukan kualitasnya.

Tapi begitu tiruannya masuk ke pasar ritel dalam botol, maka komposisi yang bisa dibaca justru bahan-bahan yang sama sekali tidak pernah ada dalam pembuatan di tempat asalnya.

Sebut saja sirup jagung tinggi fruktosa, pati jagung modifikasi, pewarna karamel, penstabil gom xanthan – semua itu bisa dibaca pada labelnya.

Dan jangan lupa, semua kecap seperti itu dan cairan perendam daging mengandung mononatrium glutamat. Natrium adalah nama lain dari sodium. Tebak senyawa apa itu? MSG, alias micin’.

Bukan ingin sok kampungan atau nasionalis kebablasan, tapi apa salahnya anak-anak kita diajarkan mencicip makanan dari tanah air sendiri – yang semua bahan baku aslinya hidup di negri ini.

Baca juga: Kesehatan atau Hiburan: Lebih Murah Mana?

Tanpa perlu membuka botol atau menyobek kemasan. Sedikitkan kemasan, mulailah dengan kupasan.

Mulai dari mengupas bawang hingga kentang, tanpa perlu dibuat ‘mashed potato’ bertabur keju buatan pula, yang di negri asalnya sudah dihujat – karena bukan keju ‘beneran’. Tidak percaya? Baca lagi kemasannya.

Dalam salah satu penelitian yang sudah dikutip oleh seorang spesialis anak, disebut 8 dari 10 anak mengidap hipertensi gara-gara kandungan natrium yang tidak dipahami saat orangtua memasak atau membeli makanan.

Selama ini kita barangkali mengandaikan natrium hanya berasal dari garam dapur.

Padahal, dengan begitu banyaknya produk industri yang dimakan termasuk yang dijadikan bumbu masak, keluarga-keluarga Indonesia tidak sadar telah mengonsumsi natrium lebih dari apa yang tubuh butuhkan.

Baca juga: Ketika Tips Kesehatan Berujung Pembodohan

Contoh yang paling mencolok sebagai gambaran umum cara orang Indonesia memasak justru saat terjadi bencana.

Jangan mengandaikan makanan yang dikonsumsi dalam tenda-tenda itu adalah pangan darurat.

Sesungguhnya, dalam kehidupan normal tanpa bencana pun semua yang ada di dapur umum itulah juga tersedia di dapur setiap keluarga.

Banyak wajah terbengong-bengong tak percaya, jika saya bilang kita bisa masak tanpa bumbu ‘penyedap’.

Rupanya bubuk ajaib itulah satu-satunya yang mereka anggap sebagai bumbu, selain deretan botol saus dan aneka kecap.

Baca juga: Apa Benar Kanker Tidak Diketahui Penyebabnya?

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com