Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. dr. Tan Shot Yen, M.hum
Dokter

Dokter, ahli nutrisi, magister filsafat, dan penulis buku.

Bumbu Baru Itu Bernama Penyedap dan Aneka Kecap

Kompas.com - 25/12/2019, 12:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

 

Generasi milenial yang katanya hidup praktis dan ingin serba cepat tidak lagi paham perkara memilih, meracik dan mengolah.

Bisa jadi membedakan lengkuas dan jahe pun mereka kesulitan. Apalagi, mengenali bentuk temu kunci, andaliman, jinten, kembang lawang dan adas. Jangan ditanya soal takaran bumbu.

Padahal, semua rempah itu adalah incaran Belanda saat pertama kali tergoda ingin menjajah Nusantara.

Sekarang yang diincar dari tanah air kita lebih banyak lagi. Mulai dari ikan kerapu yang parkir di negri orang sekian trilyun rupiah setiap tahunnya, berton-ton manggis ditampung negri tetangga, bahkan Singapura menjadi pembeli buncis terbanyak dari Indonesia.

Baca juga: Kasihan, Orang Sakit Bebannya Selangit

Yang membuat miris, anak-anak negri kita malah makan ikan asin dan sisa-sisa remah ikannya buat jadi kerupuk tak bergizi, orangtuanya mendewakan kulit manggis sebagai obat setelah terkena kanker, dan sayur pun didakwa sebagai penyebab asam urat.

Terkadang, proses mendidik bangsa ini untuk menjadi paham dan punya rasa berharga nampaknya menemui jalan buntu penuh gerutu.

Karena, tidak banyak orang mampu melihat secara arif duduk perkara nutrisi dan kaidah-kaidah kodrati, yang sama sekali berbeda cara pandangnya dengan teknologi.

Sampai suatu saat nanti, cucu dan cicit kita akhirnya bisa terbelit hanya sebagai bangsa konsumtif, terjerat dengan hutang memelihara bumi pertiwi. Amit-amit jangan sampai terjadi.

Baca juga: Menuntut Ilmu Sampai ke Negeri China

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com