Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 30/12/2019, 11:18 WIB
Lusia Kus Anna

Editor


KOMPAS.com- Suka atau tidak suka, mengasuh anak telah menjadi kompetisi. Anak-anak diukur, diuji, dan dibandingkan mulai dari balita, seperti kapan mulai berbicara? kapan mulai berjalan? kapan dia mulai membaca?

Sebagai orangtua tentu kita ingin anak kita menjadi “bintang”. Namun, kita lupa bahwa anak-anak kita adalah individu yang berkembang dengan kecepatannya masing-masing.

Secara intelektual, kebanyakan dari kita menerima itu, tetapi secara emosional hal tersebut lebih sulit untuk diterima. Apalagi jika di sekitar kita sering membuat berbagai perbandingan.

Ketika seorang teman atau ibu lain di media sosial memberi tahu Anda bahwa anaknya yang berusia tiga tahun sudah bisa membaca, Anda mungkin secara diam-diam merasa gagal dan bertanya-tanya mengapa anak Anda yang seumuran belum bisa membaca.

Pikiran dan perasaan tersebut dapat membawa dampak negatif terhadap mental dan menghasilkan perilaku yang memengaruhi kualitas persahabatan Anda.

Baca juga: Reaksi Terbaik Orangtua Menanggapi Anak yang Bicara Kotor

Berikut ini lima strategi menjalin persahabatan tanpa merasa terintimidasi dalam hal pengasuhan anak, menurut Dr. Alice Boyes, penulis The Health Mind Toolkit.

1. Ketika Anda merasa ada persaingan dengan teman-teman sesama orangtua, Anda akan masuk dalam pola umpan agresif-pasif dan saling bermusuhan.

Ketika ini terjadi, Anda mungkin akan menyalahkan teman tersebut, padahal jika mau realistis, sebuah permusuhan disebabkan oleh dua arah.

Cobalah berhenti mengatakan hal-hal yang bisa memancing reaksi selama dua minggu (atau sebulan, jika bisa) dan lihatlah apakah Anda dapat memutus siklus persaingan itu.

2. Pola asuh yang kompetitif menular. Ketika Anda bergaul dengan orangtua yang kompetitif, akan mudah untuk merasa jengkel dan cemas, karena mereka memicu rasa bersaing diri Anda (yang bersembunyi di bawah permukaan diri).

Cobalah memfokuskan pada hal-hal positif yang dapat Anda ambil dari teman tersebut. Contohnya, dia mungkin punya banyak ide-ide hebat untuk bermain dengan anak, atau memberi tahu Anda tempat les musik yang bagus yang selama ini tidak diketahui, atau dia punya ide-ide baru untuk mengolah sayuran yang mungkin anak Anda sukai.

Baca juga: Hari Ibu, Ini Alasan Ibu Muda Perlu Gabung Komunitas Parenting

Ilustrasi ibu dan anakshutterstock Ilustrasi ibu dan anak

Tidak apa-apa tidak menjadi orang tua yang sempurna. Jangan fokus pada sifat kompetitif teman tetapi pada sifat-sifat baik yang akan melindungi pertemanan.

Penelitian menunjukkan, sebagian besar hubungan kita dengan orang lain dikenal sebagai hubungan ambivalen, yang berarti mereka adalah sumber emosi positif dan negatif. Bukan hal yang aneh jika hubungan antar orangtua pun memiliki dinamika yang sama.

3. Anda tidak dapat menghentikan orangtua lain dari menyombongkan diri, tetapi Anda dapat mengontrol bagaimana mendengar dan bereaksi yang baik.

Pikirkan jenis reaksi apa yang mendorong mereka tidak membual di masa depan, tanpa merusak pertemanan. Reaksi yang netral atau cenderung tidak tertarik bisa membantu mereka mengurangi kesombongan diri.

Baca juga: Banyak Ibu Alami Galau Pola Asuh Anak karena Terpengaruh Medsos

4. Pola asuh yang kompetitif, baik dari pihak Anda sendiri maupun orang lain, sebagian besar hanyalah tanda bahwa orang-orang mencintai anak-anak mereka dan menginginkan yang terbaik untuk mereka.

Meskipun mungkin ada masalah psikologis yang mendasari pola asuh kompetitif, yakni melihat anak dan prestasinya sebagai perpanjangan dari orangtua sendiri, namun Anda pun dapat melihatnya sebagai cerminan perhatian dan kepedulian orangtua pada buah hatinya.

Perhatian dan kepedulian mereka tumpah tanpa batas. Ketika Anda melihat melalui sisi tersebut, Anda akan merasa tidak terlalu kesal dan tidak terlalu cemas atau khawatir.

5. Perhatikan saat Anda terlalu "baper" pada hal-hal yang dikatakan teman Anda.
Hindari menafsirkan ucapan teman Anda sebagai arahan untuk Anda lakukan. Misalnya, jika seorang teman mengatakan, “Saya melakukan X, Y, Z, dengan anak saya,” bukan berarti mereka menyuruh Anda melakukan hal yang sama. Kita semua miliki kekuatan sendiri sebagai orang tua.

Terkadang, mendengar apa yang dilakukan teman Anda terhadap anaknya mungkin membuat kita sadar untuk mengajarkan keterampilan kepada anak atau memberi anak Anda peluang untuk mendapat pengalaman tertentu.

Namun, Anda tak harus selalu melakukan semuanya. Lihatlah apa yang menjadi minat anak Anda sebagai panduan, bukan ikut-ikutan orang lain.

Mengamati dan terus berinteraksi dengan anak Anda adalah cara terbaik untuk memahami kepribadiannya, apa yang ia minati, dan nantinya siap untuk menjadi apa.

Baca juga: Membantu Meningkatkan Potensi Anak yang Lambat Belajar

Membesarkan anak seharusnya tidak menjadi sebuah kompetisi. Anda tidak bisa mengendalikan apa yang orangtua lain lakukan dan katakan, tetapi Anda bisa menyesuaikan cara berpikir dan reaksinya.

Melakukan hal tersebut membantu Anda terhindar dari jebakan kompetisi dan mengurangi rasa khawatir dan stres. Anda dapat memutuskan pengasuhan yang terbaik untuk anak dan tentunya akan lebih menikmati masa tumbuh kembang anak dan pertemanan dengan orang lain.

(Devi Ari Rahmadhani)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com