Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terdampak Banjir Juga Berpotensi Ganggu Kesehatan Mental

Kompas.com - 02/01/2020, 12:36 WIB
Nabilla Tashandra,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk wilayah Jabodetabek dalam dua hari ini tengah disibukkan dengan masalah banjir.

Banjir tak hanya melanda sejumlah pemukiman warga, tetapi juga gedung perkantoran, pusat perbelanjaan dan area publik lainnya.

Di antara semua masalah seputar banjir yang disoroti, ada satu hal yang mungkin luput dari perhatian kita, yakni kesehatan mental.

Lewat sebuah utas di akun Twitter, Mindfulness practitioner & emotional healing Adjie Santosoputro menuliskan bahwa dampak banjir tak sebatas masalah kesehatan fisik, namun juga mental.

"Banjir juga memberikan dampak terhadap kesehatan mental. Apa kamu sudah tahu akan hal ini?" tulisnya, Kamis (2/1/2020).

Baca juga: Ini Link CCTV untuk Pantau Ketinggian Air di Wilayah yang Dilalui Sungai Jakarta

Lebih luas, masalah kesehatan mental sebetulnya juga mengintai para korban bencana alam lainnya.

Salah satu penyebabnya adalah kenyamanan yang selama ini ada terganggu dengan datangnya bencana tersebut. Termasuk dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok seperti makan, minum, air, rumah, pakaian, dan lainnya.

Kondisi itu pada akhirnya memunculkan rasa panik pada sebagian orang yang terdampak bencana.

Adjie turut menyitir pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang pernah menyebutkan bahwa rasa cemas juga dialami para korban bencana alam karena mereka lebih rentan terhadap sejumlah penyakit.

Dari bencana banjir, misalnya, beberapa penyakit umum yang dialami seperti demam, tifus, kolera, dan lainnya.

"Karena berpotensi terkontaminasi penyakit ini, jadi muncul pula rasa cemas yang berlebihan," kata Adjie.

Baca juga: Jadi Korban Banjir, Waspadai Gejala 5 Penyakit Berikut

Rasa takut di antara mereka semakin besar karena kondisi itu membuat sebagian dari mereka harus mengungsi dari rumahnya yang terdampak banjir.

Padahal, rumah selama ini dianggap sebagai tempat yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman.

Meski tidak mengungsi, sebagian dari mereka yang masih bisa berdiam di rumah terpaksa gelap-gelapan karena aliran listrik dimatikan demi keamanan.

Hal ini sangat bertolak belakang dengan kebiasaan masyarakat yang sehari-harinya terkoneksi dan berinteraksi.

"Jadi semakin lama hidup tanpa listrik, apalagi malam yang gelap, akan semakin memunculkan rasa kesepian, terisolasi, keterasingan," tambahnya.

Baca juga: Lakukan Ini untuk Melindungi Sneakers dari Hujan dan Banjir

Rupanya dampak terhadap kesehatan mental juga mungkin dirasakan oleh mereka yang bahkan tak terdampak, namun tetap merasa cemas dengan kondisi lingkungan saat ini.

Adjie turut menyebut istilah "eco-anxiety" untuk menggambarkan perasaan cemas tersebut.

"Kecemasan biasanya muncul kan karena ingin memastikan sesuatu. Nah eco-anxiety itu kecemasan karena kondisi lingkungan, iklim yang akhir-akhir ini semakin enggak pasti, berubah tak menentu," katanya.

Dampak bencana terhadap kesehatan mental sebelumnya juga didalami lewat sebuah studi yang dilakukan oleh University of York bersama National Centre for Social Research.

Penelitian menemukan, bahwa risiko kesehatan mental karena kerusakan cuaca yang berdampak pada rumah kita mirip dengan risiko kesehatan mental karena tinggal di daerah yang kurang beruntung.

Apalagi jika orang-orang yang rumahnya rusak tersebut mesti meninggalkan rumahnya akibat bencana.

Para peneliti menemukan, orang-orang yang mengalami kerusakan rumah akibat badai dan banjir sekitar 50 persen lebih mungkin untuk mengalami kesehatan mental yang lebih buruk.

Baca juga: Rumah Kebanjiran, Yuni Shara Tampil Modis dengan Sepatu Bot Burberry

Bagaimana mengatasinya?

Risiko bencana alam tidak akan bisa sepenuhnya dihilangkan. Itulah mengapa penting bagi kita untuk tahu cara melindungi diri sendiri ketika bencana melanda.

Selain itu, para peneliti dari University of York menyimpulkan, penting pula agar pemerintah setempat dalam perencanaan darurat untuk cuaca ekstrem perlu memasukkan dukungan kesehatan mental untuk orang-orang yang terdampak.

Sementara itu, Adjie menambahkan bahwa salah satu cara merawat kesehatan mental di kondisi tak menentu, seperti ketika sedang dilanda bencana adalah dengan menghangatkan kembali hubungan antar-manusia.

"Manusia, kita ini adalah makhluk sosial. Bahkan ada yang bilang: ultra social. Jadi ya kita membutuhkan hubungan yang baik, kehadiran orang lain," tulisnya.

Baca juga: Cara Membersihkan Rumah Setelah Kebanjiran

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com