Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Louis Vuitton Tutup Gerai Utamanya di Hong Kong, Ada Apa?

Kompas.com - 06/01/2020, 08:19 WIB
Glori K. Wadrianto

Editor

KOMPAS.com - Rumah mode mewah Louis Vuitton menutup gerai utama mereka yang berada di pusat perbelanjaan kelas atas Hong Kong.

Keputusan ini dikabarkan sebagai dampak dari gelombang unjuk rasa yang masih berlanjut di negeri itu.

Louis Vuitton berencana menutup gerai utamanya di Times Square mall setelah pengelolanya, Wharf Real Estate Investment Corporation, menolak untuk menurunkan harga sewa.

Kabar tersebut diberitakan South China Morning Post, akhir pekan lalu.

Toko di pusat komersial Causeway Bay -salah satu dari delapan etalase utama di Hong Kong- menempati areal seluas lebih dari 900 meter persegi bagian premium di lantai dua mal itu.

Berdasarkan data dari konsultan industri, sewa bulanan areal tersebut mencapai 642.000 dollar AS, atau nyaris setara dengan Rp 9 miliar.

Baca juga: Kotak Penyimpan Sneaker Mewah dari Louis Vuitton

Namun, seperti dilansir kantor berita AFP, pihak Louis Vuitton Hong Kong, Times Square Mall dan juga Wharf belum memberikan respons ketika diminati tanggapan mengenai hal ini.

Kabar tentang rencana penutupan tersebut mencuat setelah Pemerintah Hong Kong merilis angka penjualan ritel terbaru, pada November 2019 lalu.

Di dalamnya terungkap catatan penurunan 10 bulan berturut-turut, dan sekaligus menjadi rekor penurunan sebesar 23 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Disebutkan, perhiasan, arloji, dan barang mewah sejenis, merupakan material yang mengalami penurunan paling drastis hingga 43,5 persen year on year.

Baca juga: Akhirnya, Virgil Abloh Kembali Kerja di Louis Vuitton

Selanjutnya, pemerintah setempat menyalahkan gelombang aksi protes sebagai "biang kerok" dari terganggunya sektor pariwisata dan juga penurunan daya beli konsumtif.

Times Square mall selama ini memang menjadi sasaran populer demonstrasi "Shop With You". Para pendemo berkumpul untuk mendorong toko-toko tutup, hingga berimbas pada tekanan ekonomi pada pemerintah.

Pada kuartal ketiga tahun lalu, LVMH -kelompok induk dari Louis Vuitton, melaporkan kinerja global yang lebih baik dari perkiraan, tetapi terjadi penurunan pendapatan penjualan sebesar 25 persen di Hong Kong.

Merek-merek mewah di Hong Kong memang sangat bergantung pada gelombang besar wisatawan dari China daratan, yang ironisnya telah menjadi masalah yang dikeluhkan penduduk setempat selama bertahun-tahun.

Baca juga: Direktur Artistik Louis Vuitton Sentil Presiden Trump di Instagram

Berdasarkan angka terbaru yang dikeluarkan Badan Pariwisata Hong Kong, hanya 2,65 juta orang mengunjungi Hong Kong pada November 2019 lalu.

Artinya, ada penurunan 56 persen dari kunjungan wisatawan pada periode yang sama tahun lalu.

Seperti yang diberitakan, Hong Kong telah dihancurkan oleh gelombang unjuk rasa selama tujuh bulan terakhir. Bentrokan antara pendemo dan polisi anti huru hara menjadi pemandangan lazim di sana.

Demonstrasi pertama kali dipicu oleh proposal untuk memungkinkan ekstradisi ke China daratan.

Isu ini kemudian berkembang menjadi pemberontakan yang lebih besar dengan seruan kebebasan demokratis dan melawan kontrol China atas kota semi-otonom itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com