Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkaca Kasus Reynhard Sinaga, Orientasi Seks Bukan Pemicu Tindak Kriminal

Kompas.com - 07/01/2020, 11:56 WIB
Nabilla Tashandra,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama seorang pria asal Indonesia Reynhard Sinaga mendadak menjadi perbincangan hangat di tanah air setelah dinyatakan bersalah oleh pengadilan Inggris. Ia dihukum seumur hidup atas kasus perkosaan terhadap 48 pria dengan 159 dakwaan.

Kepolisian Manchester Raya mengatakan jumlah korban dapat mencapai 190 orang, termasuk 48 orang yang kasusnya telah diadili.

Pakar Psikologi Forensik, Reza Indragiri Amriel melihat modus pelaku diawali dari membangun hubungan pertemanan dengan korban. Merasa diterima, pelaku kemudian menjalankan aksi pemerkosaan.

Aksi pemerkosaan menurutnya dilakukan karena pelaku mampu menguasai korbannya.

Reza melihat situasi tersebut sebagai manifestasi inferiority complex yang kemudian disalurkan pelaku lewat tindakan kejahatan untuk memperoleh sensasi superioritas.

Mengutip situs depressionalliance.org, inferiority complex dari segi definisi mirip dengan kepercayaan diri rendah (low self-esteem). Namun, dalam konteks konsep teori, inferiority complex seringkali diasosiasikan dengan perspektif psikologi Freud dan peran yang dimainkan oleh pikiran bawah sadar dan tidak sadar.

Sementara dalam konteks karakteristik,  baik sadar atau tidak, seseorang dengan kepribadian ini mungkin merasakan patah hati, amarah dan perasaan kurang dibanding orang lain dan ini tidak terbatas pada hal material saja.

"Perkiraan saya tentang inferiority complex uang dikompensasi untuk mendapat superioritas, itu didukung pula rekaman-rekaman (video) yang dilakukan oleh pelaku," kata Reza kepada Kompas Lifestyle saat dihubungi, Selasa (7/1/2020).

Baca juga: Media Inggris Sebut Reynhard Sinaga Peter Pan hingga Predator Seks

Meskipun dengan alasan meraih kepuasan seksual, kasus Reynhard jelas sudah tergolong tindak kejahatan sehingga harus dijatuhi hukuman.

Menurutnya, tidak perlu menyoroti orientasi seksual Reynhard karena siapapun bisa menjadi pelaku maupun korban kejahatan seksual.

Begitu pula jika beberapa pihak menilai perlu ada rehabilitasi, menurut Reza hal itu tidak perlu dilakukan.

"Untuk apa bicara terapi? Hukum saja seberat-beratnya. Andai Inggris mempraktikkan hukuman mati juga lakukan saja," tuturnya.

Sementara itu, melalui sebuah utas di akun Twitternya, spesialis kedokteran jiwa dari Omni Hospital Alam Sutera, dr. Andri, Sp.KJ, FACLP menilai, kasus ini sebaiknya dipandang dari kasus kejahatan yang dilakukan oleh pelaku, alih-alih menyoroti orientasi seksualnya.

Terlebih, faktanya sudah hampir 200 orang menjadi korban pemerkosaan pelaku.

"Dia melakukan itu karena dia orang yang jahat. Kebetulan saja orientasi dia homoseksual. Sama saja, (seperti) ada heteroseksual memperkosa anaknya sendiri, sama-sama jahat," tulis Andri.

Baca juga: Kesaksian Korban Pemerkosaan: Saya Ingin Reynhard Sinaga Membusuk di Neraka

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com