Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cara Menyelamatkan Pria yang Menjadi Korban Kekerasan Seksual

Kompas.com - 07/01/2020, 12:18 WIB
Gading Perkasa,
Wisnubrata

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kekerasan seksual bisa terjadi pada siapa saja. Terlepas dari usia, orientasi seksual, atau identitas gender seseorang.

Remaja pria dan pria dewasa yang mengalami pelecehan seksual bisa saja memiliki perasaan dan reaksi serupa seperti korban perempuan.

Namun, kebanyakan malas mengaku karena takut akan menghadapi tantangan karena sikap sosial dan stigma tentang pria dan maskulinitas.

Berdasarkan data yang dirilis oleh U.S Department of Justice, 1994; TAAS, 2014, 9-10% dari semua korban kekerasan seksual atau perkosaan di luar lembaga kriminal adalah pria.

Lebih lanjut, perkiraan dari U.S Centers for Disease Control pada tahun 2005 melaporkan bahwa 16% pria mengalami pelecehan seksual di usia 18 tahun.

Sementara itu, laporan berjudul The National Intimate Partner and Sexual Violence Survey (NISVS) yang dirilis pada tahun 2010 menunjukkan statistik mencengangkan seputar kekerasan seksual terhadap pria di Amerika Serikat. Yaitu:

1. Setiap satu dari 71 pria diperkosa dalam kehidupan mereka.

2. 52,4 % korban pria melaporkan diperkosa oleh seorang kenalan dan 15,1 % oleh orang asing

3. 35 % pria melaporkan dampak jangka pendek atau jangka panjang yang signifikan, seperti PTSD

4. 27,8 % pria berusia 10 tahun atau lebih muda ketika mereka menjadi korban kekerasan seksual untuk pertama kalinya

Perlu diketahui, pria yang mengalami pelecehan atau kekerasan seksual sebagai anak remaja mungkin merespon secara berbeda dari pria dewasa yang juga mengalaminya. Berikut adalah respon umum dari remaja pria dan pria dewasa yang pernah menjadi korban:

  • Kecemasan, depresi, PTSD, teringat kembali (flashback), dan gangguan makan
  • Menghindari orang atau tempat yang mengingatkan mereka tentang serangan atau pelecehan seksual
  • Mereka mencemaskan orientasi seksual mereka
  • Takut hal terburuk akan terjadi, serta mempunyai perasaan tentang masa depan yang singkat
  • Tidak lagi memiliki kendali atas tubuh mereka
  • Cemas, tidak bisa rileks dan susah tidur
  • Rasa bersalah atau malu karena tak mampu menghentikan pelecehan seksual, terutama bagi mereka yang mengalami ejakulasi
  • Mengisolasi diri dari hubungan asmara dan pertemanan
  • Takut mengungkapkan karena kekhawatiran dihakimi atau ketidakpercayaan

Kekerasan seksual sama sekali tidak ada kaitannya dengan orientasi seksual pelaku maupun korban. Dan orientasi seksual seseorang juga tidak disebabkan oleh kekerasan seksual.

Ini bisa dibenarkan, walau korban mengalami ereksi atau ejakulasi selama kekerasan berlangsung. Respon fisiologis seperti ereksi tak disengaja, karena mereka tidak mampu mengendalikannya.

Baca juga: Berkaca Kasus Reynhard Sinaga, Orientasi Seks Bukan Pemicu Tindak Kriminal

Kalau kamu punya teman atau kerabat pria yang pernah mengalami kekerasan seksual dan mencoba mengungkapkannya padamu, ini yang harus kamu lakukan:

Mendengarkan

Banyak orang yang menjadi korban merasa tidak ada yang memahami mereka dan mereka tidak ditanggapi secara serius. Tunjukkan kepada mereka bahwa kamu memberikan perhatian penuh dan menganggap kasus mereka sangat penting.

Memvalidasi perasaan mereka

Hindari membuat pernyataan yang terlalu positif atau mencoba mengelola emosi mereka. Buat pernyataan seperti "Saya percaya kamu" atau "Terdengar seperti hal yang sangat sulit untuk dilalui."

Memberi perhatian secara jelas

Katakan langsung kepada mereka bahwa kamu benar-benar peduli dan perhatian dengan kalimat "Aku di sini untukmu."

Jangan bertanya secara detail

Walau kamu penasaran, jangan pernah tanyakan detail kejadian kekerasan seksual padanya. Kecuali jika mereka sendiri yang menceritakannya, coba dengarkan dengan cara yang mendukung, bukan menghakimi.

Baca juga: Ada Pelecehan Seksual, Bagaimana Menanggapinya?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com