Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kakak-Adik Bertengkar, Begini Cara Orangtua Antisipasi dan Atasi

Kompas.com - 08/01/2020, 20:41 WIB
Nabilla Tashandra,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Anak-anak bertengkar untuk hal apa saja. Mulai dari rebutan mainan, cemburu dengan perlakuan orangtua pada saudaranya, dan lainnya.

Hal ini sangatlah normal. Bertengkar tak membuat mereka seperti monster.

"Setiap hubungan manusia memiliki konflik, karena mereka adalah dua individu (atau lebih) yang memiliki kebutuhan berbeda."

Demikian diungkapkan psikolog dari Manhattan, New York, Amerika Serikat, yang sekaligus penulis buku "Peaceful Parent, Happy Siblings", Laura Markham, Ph.D seperti dilansir dari laman New York Times.

Di sisi lain, lanjut Laura, individu tersebut juga mungkin saja membutuhkan satu hal yang sama. Dalam konteks pertengkaran anak-anak, misalnya berebut mainan.

Meski konflik antar-saudara (kakak-adik) adalah hal yang normal, bukan berarti orangtua yang mungkin sedang memasak atau mengerjakan pekerjaan lainnya boleh mengabaikan, jika anak-anaknya saling berteriak.

Baca juga: Memberi Hadiah untuk Anak, Pertimbangkan Dampaknya

Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah konflik antar-saudara atau kakak-adik di rumah.

1. Mempersiapkan anak yang lebih tua untuk menyambut kedatangan adik

Jika kita sudah memiliki anak, dan sedang mempersiapkan kelahiran anak lainnya, kita mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan anak yang lebih tua, dia akan memiliki saudara.

Riset membuktikan, cara ini akan menguatkan rasa cinta dalam hubungan kakak-adik.

Pertama, ceritakan tentang kehadiran calon adik dengan cara yang humanis. Misalnya, ngobrol dengan anak sambil memberi tahu ada adik bayi di dalam perut.

"Bicarakan bayi tersebut sebagai seseorang yang juga memiliki keinginan dan kebutuhan."

Begitu kata psikolog dari Concordia University, Montreal, Holly Recchia, Ph.D. Recchia yang mendalami soal bagaimana hubungan membentuk perilaku sosial anak dan perkembangan moral.

Sebuah studi yang dilakukan para peneliti dari University of Michigan dan University of Toronto di 2017 mengungkap, ketika anak kecil bisa memahami perasan dan kebutuhan orang lain, maka hubungan dengan saudaranya cenderung akan lebih baik.

Selain itu, orangtua juga perlu menjelaskan kapan bayi itu akan lahir.

Baca juga: Latih Anak agar Memiliki Karakter Tangguh

Pastikan anak memahami, mereka tidak akan langsung bisa mengajak si bayi bermain dan mereka harus bersabar.

Psikolog perkembangan dari Pennsylvania State University, Susan McHale, Ph.D. mengatakan, bermain dengan boneka bisa menjadi opsi untuk memperkenalkan anak dengan bagian-bagian mana saja di tubuh bayi yang perlu diperlakukan secara lebih lembut.

2. Beri perlakuan yang adil

Kita tentu pernah mendengar kondisi di mana anak yang lebih tua seringkali cemburu dengan kehadiran si adik.

Namun, sebuah analisis literatur riset pada 2017 dari Psikolog University of Michigan, Brenda Volling, Ph.D. dan koleganya, menemukan, kebanyakan anak merasa sedikit atau tidak ada gangguan setelah kelahiran adiknya.

Volling mengatakan, banyak anak merasa semangat menyambut kehadiran adiknya.

Hal ini bukan berarti transisi tidak akan sulit. Bayi adalah tantangan bagi semua orang, namun sebuah keluarga yang menyambut bayi biasanya akan kembali normal setelah beberapa bulan.

Tetap saja, anak yang lebih tua akan menyadari bahwa perhatian orangtua terhadapnya akan berkurang.

Oleh karena itu, usahakan untuk meluangkan waktu berdua dengan anak tersebut.

Mungkin bagi figur ibu hal ini akan sedikit sulit. Mengingat ibu perlu menyusui atau sering meniduri bayi.

Baca juga: Waspada 7 Penyakit Ini Bila Anak Terpapar Banjir

Namun, jika memungkinkan hal itu bisa dilakukan saling bergantian bersama pasangan.

Jangan lupa untuk memuji anak ketika mereka melakukan suatu kebaikan atau membantu sesuatu.

"Berikan perhatian balik kepada mereka sehingga mereka merasa bangga dalam menjalani momen tersebut," kata dia.

"Mereka akan merasa menjadi anak yang lebih besar, kakak yang baik dan bisa membantu," kata Volling.

Ketika anak yang lebih tua merasa kesal, usahakan orangtua mampu merasakan hak itu namun tetap pada batasnya.

"Ketika mereka marah si bayi menarik bonekanya, berilah pengertian bahwa si bayi tidak memahaminya."

"Kemudian ungkapkan padanya, tidak masalah jika mereka ada rasa kesal," ujar dia.

Selain itu, penting pula untuk tidak memfavoritkan satu anak dibanding yang lainnya.

Bukan berarti kita harus memerlakukan mereka sama, namun perlakukan dengan seadil mungkin.

Baca juga: Waspada, Obesitas Selama Masa Kehamilan Berpengaruh Buruk pada IQ Anak

Jangan lupa, ketika sang adik tumbuh besar, ia juga akan mulai menyadari hal yang diberikan orangtua pada kakaknya.

Orangtua bisa menyeimbangkannya, misalnya dengan memberikan tugas tambahan pada sang kakak.

3. Ketika mereka bertengkar, jadilah mediator

Psikolog seringkali menyarankan orangtua untuk tidak terlibat dalam konflik anak-anaknya agar membantu mereka belajar memecahkan masalah sendiri.

Namun, sejak 1990 muncul riset yang menilai pendekatan tersebut justru menimbulkan perlawanan.

Jika dibiarkan, anak cenderung tidak akan menyelesaikan masalahnya secara konstruktif dan bertanggung jawab.

Seringkali anak yang lebih besar lebih dominan dan menang, baik secara kekuatan maupun memaksa.

Menurut riset, hanya 12 persennya yang bisa menyelesaikan dengan jalan kompromi.

Cara terbaik adalah orangtua berperan sebagai mediator, tidak memutuskan mana yang salah dan benar.

Baca juga: Membantu Meningkatkan Potensi Anak yang Lambat Belajar

Mediator berperan membantu anak menyelesaikan konfliknya dengan menjaga mereka tetap tenang.

Perlakukan kakak dan adik secara adil, bantulah mereka untuk menentukan akhir dari konflik tersebut.

Riset pun menyebut, mediasi yang dilakukan dalam konflik keluarga dapat menbantu mereka menemukan strategi yang lebih konstruktif dan lebih mudah berkompromi, tanpa menyebut salah satu pihak menang atau kalah.

Meski begitu, mediasi memang membutuhkan waktu dan usaha, terlebih ketika dilakukan untuk pertama kali.

Namun dengan pembiasaan, kita akan bisa menerapkannya lebih baik dan lebih baik.

Pikirkanlah cara itu sebagai investasi bagi kesejahteraan anak dan keluarga.

Membantu anak belajar berkompromi sama dengan membangun skill yang bermanfaat untuk masa depan mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com