Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ternyata Faktor Sosial Juga Bisa Sebabkan Diabetes

Kompas.com - 09/01/2020, 15:18 WIB
Yakob Arfin Tyas Sasongko,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Menurut penatalaksanaan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni), peningkatan prevalensi diabetes menjadi ancaman serius.

Perkeni menyebutkan, pada 2030 diproyeksikan akan ada 21,3 juta pasien dengan diabetes.

Mengutip artikel Kompas.com, Senin (18/11/2019), kadar gula darah puasa di atas normal antara 100 mg/dL sampai 125 mg/dL, merupakan tanda utama seseorang pradiabetes. Adapun gula darah puasa normal di bawah 100mg/dL.

Baca juga: Pradiabetes, Selangkah Lagi Jadi Diabetes jika Gaya Hidup Tak Berubah

Selain faktor biologis itu, penyakit diabetes ternyata bisa muncul karena kondisi sosial di masyarakat.

Hal itu dibenarkan Sosiolog Universitas Indonesia Roby Muhamad PH.D.

"Ini karena seberapa besar penyakit muncul ditentukan oleh kondisi sosial yang ada di masyarakat itu sendiri,” kata Roby, Selasa (7/1/2020).

Apalagi, ia melanjutkan, kalau sudah berhubungan dengan diabetes tipe 2 yang berkaitan dengan perilaku atau gaya hidup.

Baca juga: Sun Life Bidik Pekerja Muda untuk Berasuransi Penyakit Kritis

Roby merujuk jurnal The New England Journal of Medicine yang ditulis Nicholas A. Christakis dan James H. Fowler, hampir semua keputusan individu dipengaruhi orang lain, baik teman maupun keluarga.

Pasalnya, ia menambahkan, kecenderungan manusia adalah meniru perbuatan orang di sekitarnya.

Hal itu menunjukkan bahwa beberapa sikap dan perilaku manusia dapat menular, termasuk sikap perilaku negatif.

Ia juga menyebutkan, sejumlah penyakit tak menular justru datang melalui sikap dan perilaku sosial yang ada di masyarakat. Selain diabetes tipe 2, ada juga penyakit obesitas.

Baca juga: 8 Makanan yang Baik untuk Penderita Diabetes

"Dalam pengambilan keputusan termasuk penerapan pola hidup sehat, individu dipengaruhi kuat oleh microenvirontment di mana ia berada dan dengan siapa ia bergaul," jelas Roby.

Ia menjelaskan keluarga, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan tempat tinggal memengaruhi keputusan pola hidup sehat seseorang.

Ilmuwan Massachusetts Institute of Technology (MIT) Damon Centola dalam jurnalnya An Experimental Study of Homophily in the Adoption of Health Behavior’menunjukkan peran komunitas sebagai pemicu semangat hidup sehat.

Oleh karena itu, lanjut Roby, komitmen yang dilakukan bersama komunitas menjadi cara efektif dalam proses menanamkan kebiasaan gaya hidup sehat.

Baca juga: Gula Darah Turun Drastis Setelah Seorang Wanita Mengonsumsi Ini

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com