KOMPAS.com - Apakah ada alas kaki yang pantas mendapat nama "bintang" selain Adidas Superstar? Mungkin di samping Converse All Star, tidak ada lagi lainnya.
Tiga garis diagonal tegas di atas latar belakang kulit putih bersih yang diberi ciri khas penutup karet di bagian depan kaki, menjadikan sepatu ini salah satu ikon Adidas. Desainnya terbukti bertahan melampaui waktu dan tren puluhan tahun setelah kelahirannya.
Meski tampak sederhana, sepatu basket low-top ini telah mengguncang lapangan maupun jalanan, dari olahraga ke gaya hidup. Sekarang di ulang tahunnya yang ke-50, Adidas Superstar secara luas dianggap sebagai katalis untuk budaya sneaker.
Dalam rangka menandai usianya yang mencapai setengah abad, Adidas telah mengumumkan kolaborasi dengan Prada dan Blondy McCoy. Muncul juga rumor bakal adanya kolaborasi ke-dua bersama Run-DMC, kelompok hip hop yang pernah mempopulerkan sepatu tersebut pada 1980-an.
Sejatinya Adidas Superstar masa kini tidak banyak berubah dari desain aslinya, dan masih relevan dikenakan dengan gaya sekarang. Itu membuatnya layak untuk ditambahkan ke dalam koleksi sepatu kita.
Adidas Superstars: 50 tahun sejarah sneakers
Dalam dunia sepatu, berita terbesar adalah peluncuran versi low-top sepatu basket Pro Adidas, yang dijuluki Superstar (meskipun brand tersebut menyebut 2020 sebagai ulang tahunnya.)
Menilik segi desain, Superstar adalah sepatu basket low-top pertama yang dibuat dari kulit, sesuatu yang membedakannya dari pesaing.
Kesuksesannya di lapangan basket --sebagian besar berkat konsultan Adidas saat itu, Chris Severn, yang juga membantu mendesain sepatu-- membuat Superstar juga laku di luar lapangan.
Severn meminta para pemain dan pelatih mencobanya sendiri karena dia tahu mereka bakal menyukainya. "Mereka "selama ini memakai sepatu kanvas sepanjang hidup mereka. Adidas Superstar yang dari kulit tampak seperti makhluk asing bagi mereka," kata dia dalam buku Sneaker Wars.
Pada beberapa tahun pertama, Superstar dikenakan oleh lebih dari tiga perempat pemain NBA. Sepatu ini disukai karena bagian atasnya yang terbuat dari kulit melindungi kaki lebih nyaman saat bermanuver di lapangan. Ini adalah peningkatan dibanding bahan kanvas yang selama ini mereka pakai.
Namun, seiring berjalannya waktu, Superstar mulai terasa ketinggalan. Kemajuan dalam teknologi sepatu membuatnya menjadi tertinggal dibanding sepatu lain dalam hak kenyamanan dan kegesitan.
Dan seperti Converse All Star, Adidas Superstar akhirnya ditakdirkan untuk menjalani sisa hari-harinya sebagai sepatu lifestyle, bagian dari gaya hidup.