Bagi sebagian orang, kelainan makan mungkin tampak seperti penghalang kecil, yang mudah diatasi.
Tetapi karena gangguan ini memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, tentu tidak sesederhana itu.
S. Bryn Austin, presiden Academy of Eating Disorders, mengatakan dalam rilisnya bahwa pesan dalam budaya pop dan masyarakat pada umumnya dapat memacu gangguan makan yang sulit dikalahkan.
"Selain itu, diskriminasi nyata dalam perawatan kesehatan terhadap orang yang memiliki tubuh yang lebih besar bisa berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan, terlepas dari apakah seseorang percaya atau tidak dengan stigma yang ada,” katanya.
Baca juga: 6 Pertanyaan Ini Bisa Ungkap Adanya Gangguan Makan
Gangguan makan bisa dimulai ketika seseorang memilih untuk kelaparan, agar bisa menggunakan pakaian dengan ukuran lebih kecil.
Tapi begitu kekacauan telah terjadi, itu bukan lagi pilihan.
“Sangat menantang ketika kamu memiliki kelainan makan karena makanan memang diperlukan. Kita tidak bisa memungkiri itu. Kita harus makan untuk hidup," kata Newman.
Newman mengatakan, bahwa ketika seseorang telah sampai pada titik di mana otak mereka secara efektif telah berubah pandangan tentang bagaimana diri mereka terlihat. Dan hal itu mirip dengan trauma.
Baca juga: Anoreksia, Hasrat Berlebihan untuk Kurus
“Gangguan makan datang dalam lebih dari satu rasa. Jenis pembatasan kalori di mana orang dengan serius membatasi asupannya, hal ini umum terjadi pada gadis remaja. Tapi anak laki-laki juga bisa terpengaruh,”kata Newman.
Ada kebenaran pada anggapan bahwa perempuan muda adalah kelompok berisiko tinggi untuk mengembangkan gangguan makan, tetapi itu tidak berarti bahwa laki-laki atau kelompok demografis lainnya, tak bisa mengalaminya.
Menurut statistik, sekitar 2 persen pria akan mengalami gangguan makan pada suatu saat dalam hidup mereka.
Academy of Eating Disorders mengeluarkan catatan, bahwa tingkat kematian untuk gangguan makan adalah yang kedua setelah gangguan penggunaan opioid ketika datang ke penyakit kejiwaan.
Menurut sebuah studi pada tahun 2014 dari 1.436 orang yang menderita kelainan makan, hampir 12 persen pernah mencoba bunuh diri sementara 43 persen memiliki riwayat ide bunuh diri.
Baca juga: Terus Makan Meski Kenyang? Mungkin Kamu Mengidap Binge Eating