Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

9 Hal Yang Harus Kamu Ketahui tentang Gangguan Makan

Kompas.com - 16/01/2020, 22:36 WIB
Dian Reinis Kumampung,
Bestari Kumala Dewi

Tim Redaksi

Sumber Healthline

KOMPAS.com - Jika kamu atau orang yang kamu sayangi memiliki gangguan makan, apakah kamu akan menyadarinya?

Sementara stereotip yang ada mungkin menunjukkan, bahwa orang-orang dengan kelainan makan atau eating disorders, kurang gizi dan kurus, seperti yang biasa digambarkan.

The Academy for Eating Disorders sedang berusaha memecahkan stigma dan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit ini.

Kelompok advokasi telah merilis dokumen baru berjudul Nine Truths about Eating Disorders. Berikut kesembilan hal tersebut.

1. Bisa saja terlihat sehat

Banyak orang mungkin berpikir seseorang dengan kelainan makan adalah seseorang yang terlihat sangat kurus hingga menyisakan kulit dan tulang atau seseorang yang kelebihan berat badan.

Tetapi para ahli mengatakan, ini tidak mencerminkan kenyataan tentang penderita eating disorders.

Dina Hirsch, seorang psikolog senior di Pusat Manajemen Berat Badan Syosset di Long Island di New York, mengatakan bahwa penting bagi dokter untuk mengenali kebenaran ini.

Baca juga: 5 Langkah Cegah Gangguan Makan Makin Buruk pada Remaja

“Pasien dengan berat badan normal dengan gangguan makan seperti anoreksia atipikal atau bulimia nervosa sering dipuji atas penurunan berat badan mereka tanpa diskusi tentang bagaimana hal itu dicapai,” katanya.

“Kedua penyakit ini memiliki konsekuensi kesehatan fisik dan mental yang sama seriusnya dengan anoreksia nervosa tetapi sering terlewatkan oleh para profesional medis yang terlalu fokus memuji mereka untuk menurunkan berat badan,” tambahnya.

2.Keluarga tidak bisa disalahkan

Dokumen Academy for Eating Disorders menunjukkan, bahwa keluarga dapat menjadi sumber kekuatan bagi orang yang berurusan dengan gangguan makan.

Keluarga juga dapat berfungsi sebagai teman baik bagi penderita maupun dokter.

Menurut Dr. Shawna Newman, direktur psikiatri anak dan remaja di Lenox Hill Hospital di New York, anggota keluarga mungkin merasa kewalahan ketika orang yang dicintai sedang berurusan dengan gangguan makan.

"Sangat sulit ketika orang tua takut. Sulit untuk mengendalikan emosi,” ujar Newman.

Baca juga: Anak Tak Mau Makan karena Takut Gemuk? Waspadai Gejala Anoreksia

Tetapi kedekatan keluarga yang sama yang dapat menyebabkan kecemasan juga dapat membantu mengidentifikasi masalah, membantu dokter dalam mencari solusi.

"Hal yang hebat adalah bahwa orang dapat pergi ke dokter dan memiliki penilaian dan umpan balik yang relatif tidak menghakimi," jelas Newman.

“Kamu dapat dengan mudah menemani anggota keluarga ke janji temu mereka dan berbicara dengan dokter tentang tetap berada di jalur yang benar tentang asupan nutrisi,” imbuhnya.

Baca juga: Suka Memuntahkan Makanan, Waspadai Bulimia

 

3. Gangguan makan adalah krisis kesehatan

Bagi sebagian orang, kelainan makan mungkin tampak seperti penghalang kecil, yang mudah diatasi.

Tetapi karena gangguan ini memengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, tentu tidak sesederhana itu.

S. Bryn Austin, presiden Academy of Eating Disorders, mengatakan dalam rilisnya bahwa pesan dalam budaya pop dan masyarakat pada umumnya dapat memacu gangguan makan yang sulit dikalahkan.

"Selain itu, diskriminasi nyata dalam perawatan kesehatan terhadap orang yang memiliki tubuh yang lebih besar bisa berdampak langsung pada kesehatan dan kesejahteraan, terlepas dari apakah seseorang percaya atau tidak dengan stigma yang ada,” katanya.

Baca juga: 6 Pertanyaan Ini Bisa Ungkap Adanya Gangguan Makan

4.Gangguan makan bukan pilihan

Gangguan makan bisa dimulai ketika seseorang memilih untuk kelaparan, agar bisa menggunakan pakaian dengan ukuran lebih kecil.

Tapi begitu kekacauan telah terjadi, itu bukan lagi pilihan.

“Sangat menantang ketika kamu memiliki kelainan makan karena makanan memang diperlukan. Kita tidak bisa memungkiri itu. Kita harus makan untuk hidup," kata Newman.

Newman mengatakan, bahwa ketika seseorang telah sampai pada titik di mana otak mereka secara efektif telah berubah pandangan tentang bagaimana diri mereka terlihat. Dan hal itu mirip dengan trauma.

Baca juga: Anoreksia, Hasrat Berlebihan untuk Kurus

5. Gangguan makan bisa memengaruhi siapa saja

“Gangguan makan datang dalam lebih dari satu rasa. Jenis pembatasan kalori di mana orang dengan serius membatasi asupannya, hal ini umum terjadi pada gadis remaja. Tapi anak laki-laki juga bisa terpengaruh,”kata Newman.

Ada kebenaran pada anggapan bahwa perempuan muda adalah kelompok berisiko tinggi untuk mengembangkan gangguan makan, tetapi itu tidak berarti bahwa laki-laki atau kelompok demografis lainnya, tak bisa mengalaminya.

Menurut statistik, sekitar 2 persen pria akan mengalami gangguan makan pada suatu saat dalam hidup mereka.

6. Ada peningkatan risiko untuk bunuh diri

Academy of Eating Disorders mengeluarkan catatan, bahwa tingkat kematian untuk gangguan makan adalah yang kedua setelah gangguan penggunaan opioid ketika datang ke penyakit kejiwaan.

Menurut sebuah studi pada tahun 2014 dari 1.436 orang yang menderita kelainan makan, hampir 12 persen pernah mencoba bunuh diri sementara 43 persen memiliki riwayat ide bunuh diri.

Baca juga: Terus Makan Meski Kenyang? Mungkin Kamu Mengidap Binge Eating

 

7. Gen dan lingkungan berperan

Berbagai tolok ukur, seperti indeks massa tubuh, memberi kita gambaran kasar tentang apa yang perlu kita lakukan agar menjadi sehat.

Tetapi faktor-faktor sosial dan fisiologis kesehatan sulit untuk dijabarkan.

"Ada banyak faktor yang masuk ke dalamnya. Orang yang berbeda memiliki genetika yang berbeda. Kondisi biologis ini bukan hanya apa yang kamu konsumsi, tetapi juga setiap orang di setiap keluarga memiliki kekuatan berbeda yang dapat menyebabkan berbagai jenis berat badan,” kata Newman.

"Berat badan sangat dipengaruhi oleh genetika, tetapi juga dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, karena pola makan berbeda dalam budaya yang berbeda, dan ada berbagai jenis akses ke makanan," jelasnya.

Baca juga: Awas, Stres Picu Emotional Eating

8. Gen saja tidak bisa memprediksi

Meskipun pengaruh genetika terhadap gangguan kesehatan dan makan tidak dapat ditolak, gen bukanlah yang paling akhir dalam hal prediksi.

Gangguan makan dapat didorong oleh persepsi seseorang tentang seperti apa tubuh mereka, seringkali dipengaruhi oleh gambaran umum di media sosial atau televisi.

Kadang-kadang hal itu juga dapat diperburuk oleh prasangka dari teman sebaya atau bahkan dokter, kata Hirsch.

"Sangat penting bahwa kita mengatasi bias berat badan dengan mendidik dokter tentang sembilan kebenaran" ujarnya.

"Mengajarkan mereka bahwa gangguan makan memengaruhi orang dari segala bentuk dan ukuran, bahwa citra tubuh yang positif meningkatkan kesehatan daripada sebaliknya,” lanjutnya.

“Dan bahwa strategi pembatasan makanan dapat meningkatkan risiko mengembangkan kelainan makan,” imbuhnya.

"Dokter juga harus berhenti menilai dan menyalahkan pasien atas berat badan mereka," tambahnya.

Baca juga: Rekomendasi Restoran di Jakarta untuk Memulai Clean Eating

9. Pemulihan penuh dimungkinkan

Siapa pun yang mencoba mengubah kebiasaan makan mereka tahu bahwa itu tidak sesederhana membalikkan telapak tangan.

Hal yang sama berlaku untuk orang dengan kelainan makan yang mencoba kembali ke kebiasaan makan yang lebih sehat.

"Gagasan bahwa ada sesuatu yang salah tentang tubuhmu tak bisa dipungkiri. Butuh waktu lama. Kamu dapat mengubah perilaku dan melatih ulang, tetapi mengubah keyakinan akan sangat menantang,” ujar Newman.

Meskipun mungkin merupakan tantangan bagi seseorang untuk sembuh dari kelainan makan yang ia derita, itu tentu bukan tidak mungkin.

Terutama ketika penderita, profesional kesehatan, dan orang yang dicintai semuanya menarik ke arah yang benar.

"Masalah yang berhubungan dengan berat badan harus diperlakukan seperti masalah kesehatan lainnya. Dengan kasih sayang, kepekaan, dan kepedulian dan bukan penghakiman, menyalahkan, atau penyederhanaan yang berlebihan," kata Hirsch.

"Hanya dengan begitu kita dapat mengatasi salah satu masalah kesehatan utama negara ini, obesitas dan mengurangi tingkat gangguan makan,” imbuh Hirsch.

Baca juga: Bahaya Gangguan Makan pada Kesehatan dan Isi Dompet

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Sumber Healthline
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com