Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/01/2020, 08:00 WIB
Gading Perkasa,
Glori K. Wadrianto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Dalam beberapa tahun terakhir, diet ketogenik menjadi sangat populer. Bukan hanya di luar negeri, tapi juga di Indonesa.

Banyak orang mencoba diet ketogenik karena dipercaya bisa memberi banyak manfaat bagi tubuh.

Sebutlah soal menurunkan berat badan, hingga mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti diabetes dan jantung, adalah sederet manfaatnya.

Namun, para ahli membuktikan bahwa diet ketogenik tidak sepenuhnya positif.

Hal itu juga dibenarkan oleh Chloe Ong, senior dietitian allied health di Parkway Cancer Centre.

Baca juga: 3 Tips Diet Keto dari Perempuan yang Berat Badannya Turun 55 Kg

"Diet ketogenik mengurangi karbohidrat, tapi memakan banyak lemak dan protein."

"Bisa dibayangkan bila kita mengonsumsi itu dalam waktu lama, lemak jahat akan menutup pembuluh darah," kata Chloe kepada Kompas.com di Shangri-La Hotel Jakarta, Sabtu (18/01/2020).

Chloe Ong, Dietitian Allied Health  di Shangri-La Hotel Jakarta, Sabtu (18/01/2020).
KOMPAS.com/ GADING Chloe Ong, Dietitian Allied Health di Shangri-La Hotel Jakarta, Sabtu (18/01/2020).

"Hal itu akan mengakibatkan serangan jantung tiba-tiba, atau stroke. Karena yang kita makan hanya lemak. Jadi diet ketogenik tidak disarankan untuk dijalani dalam waktu lama."

Ditambahkan Chloe, waktu ideal untuk menerapkan diet ketogenik tidak dapat ditentukan. "Karena jangka waktunya tergantung dari genetik setiap orang," ujar dia.

Lebih lanjut menurut Chloe, dalam menjaga kesehatan, seluruh nutrisi --protein, karbohidrat, vitamin, dan lemak-- harus diperoleh tubuh, alih-alih menerapkan diet ketogenik.

"Tubuh kita memerlukan itu semua, asalkan sesuai porsi," ungkap dia.

Chloe menuturkan, bagi seseorang yang ingin menambah berat badan, tidak perlu menambahkan jenis nutrisi tertentu.

Baca juga: Diet Keto Dianggap sebagai Diet Terburuk

"Misalnya kita ingin meningkatkan berat badan, lalu mencoba memperbanyak lemak, itu juga tidak baik."

"Jadi tetap dilihat bagaimana diet sebelumnya, karena kondisi setiap orang berbeda," tutur dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com