Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lanjutkan Pendidikan Anak ke Luar Negeri, Tak Serumit yang Dikira...

Kompas.com - 20/01/2020, 11:00 WIB
Glori K. Wadrianto

Penulis

KOMPAS.com - Berbalut kemeja dan setelan jas hitam-hitam dengan dasi merah menyala, Kevyn Halim terlihat semringah berbicara di hadapan kamera.

Remaja 18 tahun itu bukan presenter televisi. Dia mahasiswa UniSadhuGuna International College (UIC College) yang diminta memberikan testimoninya selama menjadi siswa.

Tak jauh dari Kevyn, terlihat pasangan suami-istri yang mengenakan pakaian batik biru muda, bermotif sama. Mereka adalah orangtua Kevyn, Chan Wai Choong dan Winny Sinta Dewi.

Kevyn menjadi salah satu mahasiswa UIC College yang baru selesai menjalani upacara wisuda di Soehanna Hall – The Energy Building, SCBD, Jakarta, pekan lalu.

Sejumlah lulusan UIC -salah satunya Kevyn, memang diminta pihak sekolah memberikan kesaksiannya tentang pengalaman mereka selama menimba ilmu di sana.

"Sejak awal, kami memang ingin menyekolahkan anak kami ini ke Australia," kata Winny kepada Kompas.com.

Baca juga: Yuk, Siapkan Dana Pendidikan Anak Sedini Mungkin

Namun, menurut Winny, -sebagai orangtua yang tidak memiliki pengalaman, mengurus pendidikan anak ke luar negeri menjadi perkara yang tidak sederhana.

"Kalau ngurus sendiri udah pasti bingung, enggak ngerti alur-alurnya, bakalan begini-begini, tapi di UIC semuanya udah disiapkan bertahap, step step-nya," sambung Winny.

UIC College yang dimaksud Winny adalah lembaga pendidikan yang berdiri sejak tahun 2006, yang membuat program bagi lulusan SMA yang ingin melanjutkan pendidikan ke luar negeri.

Kevyn adalah salah satu contohnya. Dia mengikuti pathway program dari UniSadhuGuna sejak merampungkan IGCSE.

Head of Sales UniSadhuGuna Suzy Taviana menjelaskan, IGCSE adalah program sertifikasi Internasional yang diberikan kepada siswa jenjang SMA yang akan menjalankan program internasional.

Setelah itu, Kevyn meneruskan studi di Science Foundation program dari Uniprep selama 10 bulan, sebelum melanjutkan program diploma di bidang engineering di UIC College.

Kevyn mengikuti Pathway Program dari UIC College untuk bidang engineering selama delapan bulan.

"Ini menjadi percepatan karena sebelumnya Kevyn sudah mengikuti program foundation di Uniprep," kata Suzy.

Baca juga: Tak Hanya Tabungan yang Jadi Modal Pendidikan Anak

Uniprep pun adalah salah satu layanan di bawah UniSadhuGuna yang berbentuk program University Foundation Year.

Di dalam program Uniprep siswa belajar selama kurang lebih 10 bulan, untuk memenuhi kualifikasi dan persyaratan sebelum melanjutkan ke jenjang sarjana.

Lulusan Uniprep -berdasarkan nilai yang didapat, bisa melanjutkan kuliah ke The University of New South Wales (UNSW) atau universitas lain yang tergabung di Group of Eight (GO8) di Australia dan beberapa negara lain.

"Jadi secara total untuk program diploma, Kevyn hanya mengikuti 18 bulan program, Uniprep plus UIC Engineering," kata Suzy.

Pathway program

Presiden Direktur UniSadhuGuna Adhirama Gumay (kiri) saat berbicara dalam konferensi pers UniSadhuGuna di Jakarta, Kamis (16/1/2020).KOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Presiden Direktur UniSadhuGuna Adhirama Gumay (kiri) saat berbicara dalam konferensi pers UniSadhuGuna di Jakarta, Kamis (16/1/2020).

Niluh Aimee Sukesna, Head of Campus UIC College BSD menambahkan, program pendidikan di UIC College menggunakan kurikulum BTEC Higher National Diploma dari Pearson di Inggris, yang disebut dengan University Pathway Program.

Dengan program ini, siswa dapat belajar di UIC College selama satu atau dua tahun di Indonesia, kemudian melanjutkan di tahun terakhir ke jenjang sarjana di universitas luar negeri yang mereka tuju.

“Melalui program University Pathway di UIC College siswa dapat menghemat biaya pendidikan kuliah di luar negeri juga," sambung Aimee.

Senada dengan Aimee, potensi penghematan biaya tersebut juga diamini Winny.

Baca juga: Pendidikan dan Kesehatan Jadi Simbol Status Kaum Super Kaya

Menurut dia, dengan mengawali program diploma di Indonesia, maka biaya yang dikeluarkan untuk Kevyn - yang bakal melanjutkan jenjang sarjana di UTS Insearch, Sydney, bisa berkurang separuhnya.

"Jadi kalau misalnya langsung ke sana saya mengeluarkan dua, dengan mengikuti program ini saya bisa hanya mengeluarkan satu, kira-kira begitu," kata Winny.

Selain itu, Winny juga mengingatkan soal tidak adanya biaya hidup di tahun pertama perkuliahan.

"Soalnya kan Kevyn tinggal di sini, jadi enggak perlu biaya tambahan buat hidup di Australia di tahun pertama," kata dia.

"Dia tinggal melanjutkan dua tahun di UTS untuk ambil gelar sarjananya, dan kalau mau bisa lanjutkan lagi untuk master-nya," sebut sang ibu.

Berangkat dari pengalaman ini, Winny mengaku, persiapan pendidikan luar negeri bagi Kevyn ternyata bisa menjadi tak serumit yang dibayangkan dulu. 

Lalu, keuntungan lain bagi orangtua dan siswa yang mengikuti program ini, menurut Presiden Direktur UniSadhuGuna Adhirama Gumay, adalah kelenturan pilihan jurusan.

UIC College memiliki beragam jurusan yang bisa dipilih berdasarkan minat dan bakat siswa.

"Harus diingat, anak-anak kadang masih sering labil dengan pilihan jurusannya," kata Adhirama.

Baca juga: Risiko Penyakit Jantung Dipengaruhi Tingkat Pendidikan?

"Nah, di UIC College, kemungkinan anak berpindah jurusan dari yang semua dia pilih, bisa terbuka. Mereka bisa merasakan dulu apa yang menjadi minat mereka."

"Jadi ketika berangkat ke luar (negeri) mereka sudah benar-benar yakin dengan pilihanya," sebut Adhirama lagi. 

Dipermudah

Leilani Dewi Surono, alumni Uniprep yang di tahun 2004 melanjutkan kuliah di UNSW untuk Bachelor of Commerce dengan Major in Business Law and AccountingKOMPAS.com/ GLORI K WADRIANTO Leilani Dewi Surono, alumni Uniprep yang di tahun 2004 melanjutkan kuliah di UNSW untuk Bachelor of Commerce dengan Major in Business Law and Accounting
Pengalaman menarik dirasakan Leilani Dewi Surono, alumni Uniprep yang di tahun 2004 melanjutkan kuliah di UNSW untuk Bachelor of Commerce dengan Major in Business Law and Accounting.

"Dulu tuh aku dilepas sama orangtua untuk cari jalan sendiri gimana caranya bisa kuliah ke luar negeri, lalu aku ketemu Uniprep," kata Leilani.

"Aku masuk program foundation, sebelum berangkat ke sana. Untungnya aku ambil foundation di sini, selesainya lebih cepet," sambung dia.

Sebab, lulusan SMA Al-Izhar Pondok Labu, Jakarta ini bertemu dengan kawan seangkatan saat berada di Australia, dan lalu merasa beruntung.

Baca juga: Mending Tabungan Pendidikan atau Asuransi Pendidikan?

"Waktu itu, kawan ku yang seangkatan belum selesai foundation-nya,  nah aku udah bisa langsung kuliah, jadi aku lebih cepet," ujar ibu dua anak ini.

Selain itu, ikatan persaudaraan alumni Uniprep pun amat membantu dia saat memulai kehidupan baru di Sydney.

"Sebelumnya tuh aku gak pernah ke Australia, dan di sana ternyata para alumni Uniprep bisa membantu."

"Apalagi pas waktunya aku harus berangkat, umurku belum 18 tahun, masih under age, belum boleh kos sendiri."

"Uniprep yang urus semua, mereka juga yang bantu urus cariin host parent-nya (induk semang). Enak kan?" kata Leilani.   

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com